Minggu, 11 September 2011

LAPORAN ILMU HARA NUTRISI TUMBUHAN GEJALA YANG DITIMBULKAN AKIBAT KEKURANGAN HARA TERTENTU PADA TANAMAN SERUNAI LAUT


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Tumbuhan memerlukan nutrisi untuk hidup dari lingkungannya. Nutrisi yang esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan terdiri dari hara makro dan hara mikro. Hara makro diperlukan tanaman dalam jumlah yang relatif banyak, sedangkan hara mikro diperlukan tumbuhan dalam jumlah yang relatif sedikit.
Unsur-unsur esensial tersebut diperlukan oleh tumbuhan untuk proses tumbuh dan berkembang serta sangat penting dalam melengkapi siklus hidupnya. Oleh karena itu, keberadaan unsur-unsur esensial ini tidak dapat digantikan oleh unsur-unsur yang lainnya, selain fungsi dari unsur-unsur tersebut bersifat langsung.
Pada kondisi tertentu, tanaman dapat kekurangan salah satu unsur hara yang diperlukan yang berakibat pada timbulnya gejala-gejala defisiensi yang kadangkala gejala jersebut sangat khas untuk unsur tertentu secara bersamaan. Melalui medium kultur ini, gejala kekurangan hara tertentu akan dengan mudah dapat diamati (Rahayu, 2011)

B.     Rumusan Masalah
Bagaimana gejala yang ditimbulkan tanaman Serunai Laut akibat kekurangan hara tertentu?

C.    Tujuan Penelitian
Mengamati gejala yang ditimbulkan tanaman serunai laut akibat kekurangan hara tertentu.




BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Tanaman Serunai Laut
1.      Tinjauan Umum
Serunai laut atau nama botaninya Wedelia Biflora Linn adalah tumbuhan yang banyak tumbuh liar di kawasan paya bakau, muara sungai, serta di paya di kawasan air pasang surut. Dikenali juga dengan nama Wedelia Tribolata, Yellow Dots dan dikenali dengan nama tempatan iaitu ‘Serenah Laut’, ‘Sarunei’ atau ‘Seremai’. Tumbuhan ini tergolong dalam keluarga Asteraceae dan banyak di dapati di Afrika dan Asia serta di Kepulauan Pasifik.
Serunai laut merupakan pokok renek yang mempunyai banyak cabang dan tumbuh merebak luas. Daunnya jenis ringkas dan berbentuk bujur telur. Bahagian pinggir daunnya bergerigi kecil atau besar. Bunga serunai laut berwarna kuning dan mempunyai banyak kelopak pada satu cakera. Buahnya tiada rerambut manakala kulit biji mempunyai gabus untuk terapung di atas air.









Gambar 2.1 Serunai Laut (Anonim, 2010)
Seluruh bahagian tumbuhan yang turut dikenali dengan nama seremai ini mengandungi antosianin jenis sianidin glukosid, asid gradiflorik, asid kauradienoik, asid metilkaurenoik, etilkoprostanon, koumarin, stigmastenol dan stigmasterol.

2.      Manfaat
Akar pokok tumbuhan ini adalah stomakik. Stomakik adalah agen yang merangsang aktiviti rembesan di gaster dan digunakan sebagai suatu tonik untuk meningkatkan selera makan.








Gambar 2.2 Daun Serunai Laut (Anonim, 2010)
Manakala daunnya adalah diuretik (menambah jumlah air kencing yang dihasilkan dengan menggalakkan perkumuhan garam dan air daripada ginjal) dan vulnerary (penyembuh luka).









Gambar 2.3 Bunga Serunai Laut (Anonim, 2010)
Bunga serunai laut dikatakan mempunyai sifat julap yang sangat kuat. Pokok serunai laut juga dikatakan mempunyai aktiviti antikulat, antitekanan darah tinggi, antimikrob dan antiselera makan.
Bahagian pokok serunai laut yang banyak digunakan untuk tujuan perubatan tradisional adalah bahagian daun dan akarnya. Daun serunai laut boleh dimakan sebagai sayur atau dicampurkan dalam lauk sebagai bahan perisa. Selain dimakan, serunai laut juga dikatakan mempunyai khasiat ubatannya yang tersendiri. Daun serunai laut jika ditumbuk lumat diaktakan boleh dibuat ubat pupuk untuk merawat kulit yang telah bertukar warna, bisul, bengkak, demam panas, gatal, gigitan serangga, luka, sakit pada badan dan sakit kepala. Daun ini juga dikatakan boleh ditampal pada gigi dan gusi yang sakit, urat darah yang sudah menjadi besar dan dijadikan sebagai ubat pupuk pada ibu selepas bersalin.

Merangsang aktivitas usus
Jika daunnya ditumbuk lumat dan kemudian cecair daripada daun itu diperah, dikatakan cecair ini boleh digunakan sebagai ubat bagi merawat penyakit kelamin, sembelit yang teruk dan juga digunakan sebagai ubat ibu selepas bersalin. Namun begitu, sebelum menggunakannya, ia perlu dicampurkan dengan susu lembu terlebih dahulu.
Selain itu, daun serunai laut juga dikatakan boleh direbus. Air rebusan ini kemudiannya dikatakan boleh diminum dan digunakan bagi merawat masalah kencing berdarah, demam malaria, demam panas, sakit kelamin, batu karang, masalah cecair keluar dari faraj, merangsang haid, serta melawaskan pembuangan air kecil.









Gambar 2.4 Bunga Serunai Laut atau Yellow Dots
Di Trinidad dan Tobago, daunnya dikatakan dijadikan ubat tradisional bagi merawat masalah reproduktif dan amenorrhea. Di Amerika Selatan, daunnya dijadikan ubat tradisional bagi merawat masalah demam dan selesema.

Daun serunai laut jika dimakan mentah boleh dijadikan sebagai ubat bagi melawaskan pembuangan air kecil. Daun serunai laut yang direbus dengan halia dikatakan mampu dijadikan ubat bagi menghilangkan kekembungan perut.
Akar serunai laut bersifat pencahar dan jika direbus dan diminum boleh merangsang aktiviti usus dan mengosongkan usus. Jika daun dan akar serunai laut direbus bersama, dikatakan air rebusan ini boleh diminum bagi merawat sakit perut dan usus.

B.     Nutrisi Tanaman (Unsur-Unsur yang Dibutuhkan Oleh Tanaman)
Protoplasma merupakan bagian utama dari dunia tumbuhan dan hewan. Protoplasma tumbuhan dapat dibentuk dan bertambah tanpa pengaruh dunia hewan. Tetapi sebaliknya dunia hewan tergantung dari tumbuhan. Tumbuhan hijau untuk dapat hidup membutuhkan air, udara, beberapa unsur mineral dan cahaya. Jadi jelas bahwa unsur-unsur hara sebagai bahan kasar untuk pabrik raksasa didalam tubuh tanaman adalah sangat penting bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia pertanian khususnya dan kehidupan pada umumnya (Salim, 2011).

Kriteria Esensialitas Unsur Hara
Tumbuhan akan mengabsorpsi ion-ion yang terdapat disekitar daerah perakaran tetapi unsur itu belum tentu penting bagi pertumbuhannya. Arson dari California memberikan kriteria esensialitas sebagai berikut. Suatu unsur disebut esensial apabila :
1.      Kekurangan unsur tersebut menghambat tumbuhan untuk melengkapi pertumbuhan tingkat vegetatip ataupun reproduktif dalam siklus hidupnya.
2.      Gejala kekurangan unsur tersebut dapat diatasi atau dihilangkan hanya dengan penambahan unsur tersebut.
3.      Unsur tersebut harus secara langsung terlibat di dalam gizi makanan dari tanaman. Jadi terpisah dari pengertian pengaruhnya secara tidak langsung melalui mikroorganisme ataupun melalui reaksi kimia di dalam suatu media pertumbuhan.
Hasil-hasil penelitian terakhir menunjukkan bahwa kriteria ke-2 di atas adalah terlalu kaku. Sebagai contoh dapat disebutkan hal-hal berikut : Molibdenium dibutuhkan oleh Azotobacter. Untuk beberapa species ternyata vanadium dapat mengganti seluruh peranan dari molibdeum juga chlor yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman tingkat tinggi, dan ternyata perannya dapat diganti oleh halida yang lain seperti brom walaupun dalam konsentrasi yang lebih tinggi. Apabila didasarkan pada kriteria Arnon maka baik molibdeum maupun chlor tidak dapat disebut sebagai unsur esensial bagi tanaman.
Oleh karena ada kemungkinan timbul kesulitan dalam menentukan esensialitas dari suatu unsur hara, Nicholas dari Long Ashron Research Station menyarankan untuk memakai istilah “unsur hara fungsional atau unsur hara metabolik” (functional or metabolic nutrient) untuk semua unsur yang berfungsi dalam metabilisme tumbuhan tanpa menghiraukan apakah peranannya khusus ataukah tidak. Cara ini akan mencegah terjadinya pembauran pengertian seperti di atas.
Kelemahan lain dari kriteria Arnon timbul apabila berhadapan dengan tanaman pertanian. Contoh yang paling umum ialah natrium. Walaupun unsur ini sampai sekarang belum dapat disebut esensial berdasarkan kriteria Arnon, tetapi kenyataan membuktikan unsur ini dapat menaikkan produksi dari banyak tanaman seperti bit, seledri, lobak dan lain-lain. Oleh sebab itu maka petani-petani yang bergerak dalam produksi tanaman-tanaman ini akan memberikan perhatian khusus terhdapa Natrium dan menilai sebagai unsur esensial (Salim, 2011).

Unsur-unsur Yang Dibutuhkan Oleh Tanaman
C, H, O, N, P dan S merupakan unsur-unsur yang menyusun protein ataupun protolasma. Di samping enam unsur ini masih ada 15 unsur lain yang dinilai esensial, yaitu : K, Ca, Mg, Fe, Mn, Mo, Cu, B, Zn, Cl, Ni, Na, Co, Va, dan Si. Tidak semua unsur ini dibutuhkan oleh semua tumbuhan, tetapi semua unsur ini ternyata dibutuhkan oleh beberapa tumbuhan. Unsur-unsur ini bersama-sama dengan P dan S biasanya menyusun abu tanaman setelah C, H, O dan N dibebaskan dalam pembakaran. Tiap-tiap unsur dari dua puluh unsur tersebut memegang peranan dalam proses tumbuh dan dapat mengurangi pertumbuhan dan produksi bila terdapat dalam jumlah yang kurang.
Unsur C, H dan O yang terdapat di dalam tanah berasal dari air dan CO2 yang kemudian dirubah menjadi karbohidrat sederhana melalui proses forosintesa yang akhirnya dijadikan asam-asam amino, protein dan protoplasma. Unsur-unsur ini tidak digolongkan ke dalam unsur-unsur mineral.
Kadar unsur-unsur hara mineral di dalam tanaman dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga persentase kandungannya di dalam tanaman berbeda-beda. Metode analisa dapat mempengaruhi susunan suatu unsur di dalam tanaman. Dengan majunya metode dan tehnik analisa maka ketelitian dan ketepatan pengukuran dapat lebih baik. Contoh yang ekstrim adalah belerang. Terakhir ini oleh Venema ditentukan bahwa kadar belerang di dalam tanaman sebenarnya dua sampai seratus kali lebih tinggi dibandingkan dengan data yang lama.
Seringkali juga terjadi salah penggunaan data analisis tanaman. Dalam hal ini data tersebut dipakai sebagai satu-satunya dasar untuk merumuskan program pemupukan. Dasar pemikiran ialah bahwa pupuk yang diberikan setara dengan jumlah yang diserap tanaman. Pendekatan demikian sama sekali mengabaikan faktor-faktor penting lain seperti kehilangan karena pencucian, fiksasi dari beberapa unsur oleh tanah, efesiensi dari berbagai tanaman dalam mengabsorpsi unsur-unsur tertentu, dan lain-lain. Data analisis tanaman bersama-sama dengan keterangan-keterangan tentang faktor-faktor di atas apabila dipertimbangkan secara bersama maka hasil formulasi akan jauh lebih baik.
Peranan dari setiap unsur hara mineral dalam pertumbuhan tanaman dikemukakan secara singkat di dalam uraian-uraian di bawahn ini (Salim, 2011).

Nitrogen (N)
Unsur ini penting bagi tanaman dapat disediakan oleh manusia melalui pemupukan. Nitrogen umumnya diserap oleh tanaman dalam bentuk NO3- dan NH4+ walaupun urea (H2NCONH2) dapat juga dimanfaatkan oleh tanaman karena urea secara cepat dapat diserap melalui epidermis daun. Jarang sekali bahwa urea diabsorpsi melalui akar karena di dalam tanah urea dihidrolisa menjadi NH4+. Asam-asam amino yang larut dalam air dan asam nucleic dapat juga diabsorpsi oleh tanaman tingkat tinggi. Tetapi senyawa-senyawa ini biasanya tidak terdapat dalam larutan tanah dalam jumlah yang cukup berarti. Di tanah-tanah yang bereaksi agak masam sampai alkali, dengan aerasi baik, maka bentuk NO3- akan banyak dijumpai.
Bentuk N yang diabsorpsi tanaman berbeda-beda. Ada tanaman yang lebih baik tumbuh bila diberi NH4+ ada pula yang lebih baik bila diberi NO3- dan ada pula tanaman yang tidak terpengaruh oleh bentuk-bentuk N ini. Tanaman padi sawah mengambil N biasanya mengabsorpsi bentuk NO3- yang terbanyak. Nitrogen yang diserap ini di dalam tanaman diubah menjadi –N, -NH, -NH2. bentuk reduksi ini kemudian diubah menjadi senyawa yang lebih kompleks dan akhirnya menjadi protein.
Protein di dalam sel-sel vegetatif tanaman, umumnya adalah peranan fungsional daripada struktural. Sebagian besar berupa enzym dan sisanya berupa nucleoprotein dimana sebagian terdapat di dalam chromosom. Dengan demikian maka protein bersifat seperti katalisator dan sebagai pemimpin dalam proses metabolisme. Protein-protein yang fungsional tidak stabil, mereka selalu pecah dan kemudian membentuk kembali.
Pemberian N yang banyak akan mengakibatkan pertumbuhan vegetatip berlangsung hebat sekali dan warna daun menjadi hijau tua. Kelebihan N dapat memperpanjang umur tanaman dan memperlambat proses kematangan karena tidak seimbang dengan unsur lain seperti P, K, dan S.
Penyediaan nitrogen berhubungan dengan penggunaan karbohidrat. Apabila persediaan N sedikit maka hanya sebagian kecil hasil photosintesa ini yang dirubah menjadi protein dan sisanya diendapkan. Pengendapan karbohidrat ini menyebabkan sel-sel vegetatip tanaman menebal. Apabila persediaan N cukup banyak maka sedikit sekali yang mengendap karena sebgaian besar dijadikan protein, jadi banyak protoplasma yang terbentuk. Oleh karena protoplasma ini mengikat banyak air, maka tanaman yang dipupuk banyak N biasanya mempunyai kadar air tinggi di dalam sel vegetatip. Sebagai akibatnya tanaman ini tidak resisten terhadap serangan hama ataupun penyakit.
Pada tanaman serat, kelebihan N akan melemahkan serat-seratnya sedangkan untuk tanaman biji-bijian akan menyebabkan tanaman rebah, terutama bila kekurangan kalium atau apabila varietas yang dipakai tidak tahan terhadap pemupukan N yang tinggi. Pemupukan N yang tinggi juga akan mengurangi kadar gula tanaman bit.
Keburukan-keburukan akibat pemupukan N yang dikemukakan di atas biasanya tidak terjadi bila unsur-unsur lain terdapat dalam keadaan yang cukup. Dalam keadaan demikian pemupukan N biasanya sangat meningkatkan produksi tanaman.
Kekurangan N biasanya menyebabkan pertumbuhan tanaman tertekan dan daun-daun menjadi kering. Gejala chlorosis mula-mula timbul pada daun yang tua sedangkan daun-daun muda tetap berwarna hijau. Kenyataan ini membuktikan mobilitas N di dalam tanaman. Apabila akar tanaman tidak dapat mengambil N cukup untuk pertumbuhannya maka senyawa N di dalam daun-daun yang tua menjalani proses autolysis. Dalam hal ini protein dirubah menjadi bentuk yang larut dan ditranslokasi ke bagian-bagian yang muda dimana jaringan meristemnya masih aktif. Pada keadaan kandungan N yang rendah sekali, daun akan menjadi coklat dan mati. Utnuk jenis rumput-rumputan ujung-ujung daun tua mula-mula akan mengering seperti terbakar dan menjalar ke seluruh daun melalui ibu tulang dan melebar ke samping sehingga memberikan bentuk V (Salim, 2011).

Fosfor (P)
Fosfor bersama-sama dengan Nitrogen dan Kalsium, digolongkan sebagai unsur-unsur utama walaupun diabsorpsi dalam jumlah yang lebih kecil dari kedua unsur tersebut. Tanaman biasanya mengabsorpsi P dalam bentuk ion orthofosfat primer H2PO4- dan sebagian kecil dalam bentuk sekunder HPO42-. Absorpsi kedua ion itu oleh tanaman dipengaruhi oleh pH tanah sekitar akar. Pada pH tanah yang rendah absorpsi bentuk H2PO4- akan meningkat.
Selain kedua bentuk di atas mungkin juga bentuk pirofosfat dan metafosfat dapat diambil oleh tanaman. Akhir-akhir ini TVA (Tennessee Valey Authority) telah mengeluarkan sejumlah pupuk polifosfat dari kalsium, kalium dan amonium dimana terbanyak adalah bentuk pirofosfat dihidrolisakan di dalam air maka absorpsi merupakan pertanyaan yang hanya. Namun demikian, terlepas dari bentuk fosfat yang sebenarnya diabsorpsi tanaman, metafosfat dan pirofosfat merupakan sumber fosfat yang baik.
Tanaman dapat juga mengabsorpsi fosfat dalam bentuk P organik seperti asam nucleic dan phytin. Bentuk-bentuk ini berasal dari dekomposisi bahan organik dan dapat langsung dipakai oleh tanaman. Tetapi karena tidak stabil dalam suasana dimana aktivitas mikrobia tinggi, maka peranan mereka sebagai sumber fosfat bagi tanaman di lapangan menjadi kecil.
Fosfat juga telah ditemukan sebagai bagian dari asam nucleic, phytin, dan fosfolipid-fosfolipid. Dengan demikian pemberian P yang cukup pada saat tanaman masih muda adalah penting untuk meleakkan primordi dari bagian-bagian reproduktif. Fosfat juga mempercepat masaknya buah terutama bagi tanaman serealia. Kekurangan fosfat jelas sekali mengurangi pertumbuhan tanaman. Fosfat penting bagi pembentukkan biji, dan banyak dijumpai di dalam buah dan biji.
Fosfat yang cukup akan memperbesar pertumbuhan akar. Percobaan-percobaan dari Ohlrogge dan rekan-rekannya di universitas Purdue, menunjukkan bahwa apabila pupuk P yang mudah larut diberikan bersama-sama dengan pupuk NH4+ di dalam larikan, maka akar tanaman akan berkembang hebat sekali di daerah itu. Juga ada kenyataan bahwa absorpsi fosfat bertambah bila dipakai pupuk nitrat dibandingkan dengan pupuk amonium.
Fosfor merupakan unsur yang mobil di dalam tanaman. Apabila terjadi kekurangan fosfat maka fosfat di dalam jaringan yang tua diangkat ke bagian-bagian meristem yang sedang aktif. Tetapi oleh karena kekurangan unsur ini menghambat seluruh pertumbuhan tanaman, maka gejala yang jelas pada daun seperti halnya kekurangan unsur-unsur N dan K, jarang terlihat.
Peranan fosfat adalah sangat khusus dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Fosfat atau radikal fosforil di dalam sel-sel tanaman diangkat ke golongan aseptor melalui suatu reaksi yang disebut fosfosilasi sehingga reaktivitas dari suatu zat bertambah. Fosforilasi akan mengurangi enersi aktivitas dari penghalang (barrier) di dalam sel tanaman sehingga memungkinkan semua reaksi-reaksi kimia di dalam proses biologi berlangsung sempurna dan dipercepat.
Perubahan fosfat di dalam tanama terjadi dalam tiga tahap. Pada tahap pertama fosfat anorganik diabsorpsi dan bereaksi dengan molekul atau radikal organik. Pada tahap kedua terjadi proses transfosforilasi dimana golongan fosforil dirubah menjadi molekul-molekul lain. Dan pada tahap ketiga. Fosfat atau pirofosfat dibebaskan dari intermediated phosphorylated oleh proses hidrolisa ataupun melalui substitusi radikal organik. Sumber enersi yang utama untuk perubahan fosfat ke dalam berbagai bentuk kombinasi organik adalah energi potensial oksidasi reduksi yang dihasilkan dalam proses metabolisme oksidatif.
Ikatan-ikatan fosfat organik dari berbagai senyawa-senyawa biologi pada dasarnya merupakan golongan enersi tinggi dan enersi rendah sesuai dengan perubahan enersi bebas pada waktu proses hidrolisa. Walaupun penggolongan ini nampaknya kurang tepat, tetapi untuk perubahan-perubahan dari satu golongan ke golongan yang lain nampaknya mempunyai hubungan yang teratur. Diduga bahwa enersi dari berbagai ikatan fosfat dapat dihubungkan dengan enersi dari perubahan fosforil (phosphoryl transfer potential = Ptp). Nilainya yang dinyatakan dalam kilogram kalori mencerminkan jumlah kegiatan biokimia yang dihasilkan dari suatu ikatan fosfat tertentu.
Tabel 1. menunjukkan perubahan enersi bebas Ptp (DF) dari hidrolisa berbagai bentuk fosforil hasil metabolisme. AMP, ADP, dan ATP berturut-turut merupakan singkatan dari adenosin mono-, di-, dan trifosfat. Senyawa-senyawa fosfat organik yang diberikandalam tabel 3.1. dan lain-lain bentuk senyawa fosfat organik, mempunyai peranan yang terpenting terhadap perubahan-perubahan enersi dalam proses hidup aerobic atau anaerobic dari tumbuhan dan hewan.
Tabel 1. Perubahan-perubahan Enersi Bebas (DF) Dari Beberapa Fosforil Hasil Metabolisme
Hasil Metabolis
Temperatur (OC)
pH
DF Pada Suhu dan pH Tertentu
(kilogram kalori)
ATP (-- ADP + fosfat anorganik)
30
7.0
  - 7.0
ATP (-- AMP + pirofosfat)
37
7.5
  - 8.6
ADP (-- AMP + fosfat anorganik)
25
7.0
  - 6.4
Pirofosfat
30
7.0
  - 6.6
Glukose -1- fosfat
30
7.0
  - 5.0
Galaktose 1-1- fosfat
25
7.0
  - 5.0
Glukose -6- fosfat
25
7.0
  - 3.3
Fruktose -6- fosfat
30
7.0
  - 3.8
Fruktose -1- fosfat
38
5.8
  - 3.5
Gliserol-fosfat
25
7.0
  - 2.1
Gliseroldehida -1.3- difosfat
25
6.9
- 11.8
Fosfeonal piruvat
30
7.4
- 12.7
Asetifosfat
29
7.0
- 10.1

Bebrapa peran fosfat yang penting ialah dalam proses photosintesa, perubahan-perubahan karbohidrat dan senyawa-senyawa yang berhubungan dengannya, glikolisis, meta bolisme asam amino, metabolisme lemak, metabolisme sulfur, oksidasi biologis, dan sejumlah reaksi dalam proses hidup.
Fosfor betul-betul merupakan unsur yang sangat penting dalam proses transfer enersi, suatu proses yang vital dalam hidup dan pertumbuhan (Salim, 2011).

Kalium (K)
Kalium diabsorpsi oleh tanaman dalam bentuk K+, dan dijumpai dalam berbagai kadar di dalam tanah. Bentuk dapat ditukar atau bentuk yang tersedia bagi tanaman biasanya terdapat dalam jumlah yang kecil. Penambahan K ke dalam tanah biasanya dalam bentuk pupuk K yang larut dalam air : Kcl, K2SO4, KNO3, K- Mg- Sulfat- dan pupuk-pupuk majemuk.
Kebutuhan tanaman akan K cukup tinggi dan akan menunjukkan gejala kekurangan apabila kebutuhannya tidak mencukupi. Dalam keadaan demikian maka terjadi translokasi K dari bagian-bagian yang tua ke bagian-bagian yang muda. Dengan demikian gejalanya mulai terlibat pada bagian bawah dan bergerak ke ujung tanaman.
Berbeda dengan N, S, P dan beberapa unsur lain, K tidak dijumpai di dalam bagian tanaman seperti protoplasma, lemak dan selulosa. Fungsinya nampaknya lebih bersifat katakisator. Terlepas dari kenyataan-kenyataan di atas, kalium mempunyai peran penting sekali terhadap peristiwa-peristiwa fisiologis berikut :
1.      Metabolisme karbohidrat: pembentukkan, pemecahan dan translokasi pati.
2.      Metabolisme nitrogen dan sintesa protein.
3.      Mengawasi dan mengatur aktivitas beragam unsur mineral.
4.      Netralisasi asam-asam organik yang penting bagi proses fisiologik.
5.      Mengaktifkan berbagai enzym.
6.      Mempercepat pertumbuhan jaringan meristematik.
7.      Mengatur pergerakkan stoma dan hal-hal yang berhubungan dengan air.
Peranan-peranan tersebut di atas dapat dilihat dalam berbagai bentuk gejala tumbuh. Daun-daun menjadi kuning, melemahkan batang dari tanaman biji-bijian dan mengakibatkan mudah rendah. Kekurangan kalium akan menyebabkan produksi tanaman berkurang sekali. Sering terjadi bahwa walaupun produksi tanaman berkurang sekali tetapi gejala kekurangan tidak timbul. Peristiwa ini dikenal sebagai kelaparan yang tersembunyi (hidden hunger) dan tidak saja terbatas pada kalium tetapi juga berlaku untuk unsur hara lainnya. Kekurangan kalium juga mengurangi resistensi terhadap penyakit. Serangan pouldry dan penyakit busuk akar pada tanaman alfalfa, mildew pada gandum bertambah hebat pada tanah-tanah yang kekurangan kalium. Pengaruh kalium juga terlihat pada kwalitas buah.
Pengaruh kekurangan kalium secara keseluruhan baik terhadap pertumbuhan maupun terhadap kwalitasnya merupakan akibat pengaruhnya terhadap proses-proses fisiologis. Kekurangan kalium akan merubah aktivitas enzym invertase, diastase, peptase dan katalase pada tanaman tebu juga kalium berpengaruh atas aktivitas pyruvic kinase pada beberapa tanaman.
Proses photosintesa dapat berkurang bila kandungan kalium rendah dan pada saat itu respirasi bertambah besar. Hal ini akan menekan persediaan karbohidrat yang tentu akan mengurangi pertumbuhan tanaman. Translokasi gula pada tanaman tebu berkurang sekali bila kadar kalium rendah. Dari percobaan terbukti bahwa pada tanah-tanah yang kadar kalium rendah translokasi ini berkurang menjadi kurang lebih setengah dari kecepatan translokasi normal, yaitu kira-kira 2.5 cm/menit.
Peranan kalium dan hubungan dengan kandungan air dalam tanaman adalah penting dalam mempertahankan turgor tanaman itu yang sangat diperlukan agar proses-proses metabolisme lainnya dapat berlangsung dengan baik.
Pengaruh yang penting lainnya adalah dalam proses metabolisme protein. Pada tanaman yang kadar kaliumnya rendah ternyata perubahan bentuk-bentuk amida ke protein terlambat sehingga dijumpai akumulasi dari N-amida. Percobaan-percobaan membuktikan bahwa dengan naiknya kadar kalium maka kandungan protein tanaman juga bertambah sedangkan sebaliknya jumlah senyawa N-nonprotein berkurang. juga diperoleh kenyataan bahwa tanaman makanan ternak dengan kadar N-nonprotein tinggi akan membahayakan hewan karena mudah terjadi proses dominasi. Dalam proses ini akan dibebaskan sejumlah NH3 yang dapat membahayakan hewan.
Oleh karena hewan dan manusia memperoleh sejumlah kalium berasal dari tumbuh-tumbuhan, maka kalium yang cukup bagi tanaman kita adalah penting. Peranan kalium dalam proses metabolisme hewan pada prinsipnya adalah untuk menimbulkan arus bioelektrik (Salim, 2011).

Kalsium (Ca)
Kalsium dibutuhkan oleh semua tanaman tingkat tinggi, dan diambil dalam bentuk Ca++. Kalsium banya dijumpai di dalam daun, dan pada beberapa tanaman dijumpai dalam bentuk Ca-oksalat di dalam sel-sel tanaman tersebut. Juga kalsium dapat dijumpai dalam bentuk ion di dalam cairan sel.
Tanaman yang kekurangan kalsium akan terganggu pembentukkan pucuk dan ujung-ujung akar. Dengan demikian, pertumbuhan tanaman dapat terhenti apabila kadar kalsium rendah sekali.
Peranan khusus dari kalsium belum jelas. Secara klasik dikemukakan bahwa diduga kalsium memegang peranan dalam pembentukkan middle lamella dari sel-sel oleh karena peranannya dalam pembentukkan kalsium pekat.
Kalsium juga diduga penting dalam pembentukkan dan peningkatan kadar protein dalam mitchondria. Apabila ini benar maka peranan mitchondria dalam repirasi aerobik, yang berarti pula peranannya dalam absorpsi unsur hara. Ini berarti bahwa ada hubungan langsung antara kalsium dan absorpsi ion oleh tanaman.
Peranan kalsium dalam pembentukkan protein dihubungkan dengan peranan kalsium dalam absorpsi nitrat dan aktivitas beberapa enzym.
Peranan kalsium dala pemanjangan sel, dan hubungannya dengan perkembangan jaringan-jaringan meristematik belum dapat dipastikan oleh karena terdapat hasil-hasil percobaan yang saling bertentangan. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya interaksi dengan zat-zat tumbuh tertentu, dengan kation-kation tertentu, dan untuk akar terdapat interaksi dengan pH dari media tmbuh. Namun demikian telah dapat dipastikan bahwa akar tanaman tidak memanjang dalam media tanpa kalsium. Kalsium biasanya digolongkan dalam unsur yang mobil dalam tanaman (Salim, 2011).

Magnesium (Mg)
Magnesium diabsorpsi dalam bentuk ion Mg dan merupakan satu-satunya mineral yang menyusun chlorophyl. Dengan demikian maka peranan Mg menjadi cukup jelas. Kadar Mg dalam tanaman berkisar antara 0.1 – 0.4 %.
Walaupun sebagian besar magnesium dijumpai di dalam chloropyl, tetapi sering juga cukup banyak dijumpai di dalam biji. Nampaknya ia mempunyai hubungan dengan metaolisme fosfat dan juga memegang peranan khusus dalam mengaktifkan beberapa sistem enzym. Mg juga berperan dalam sintesa protein dan Mg diduga mendorong pembentukkan rantai polypeptide dari asam-asam amino. Oleh sebab itu kekurangan g mengakibatkan jumlah N-protein menurun dan N-protein meningkat.
Magnesium termasuk unsur yang mobil dengan demikian dapat ditranslokasikan dari bagian-bagian yang tua ke bagian yang muda apabila mulai terjadi defisiensi. Oleh sebab itu gejala sulfur kurang lebih sama dengan fosfor, tetapi pada alfalfa, kubis dan turnips, kadarnya dapat lebih besar.
Kekurangan sulfur ditandai dengan gejala-gejala berikut : chlorosis seluruh tanaman, tanaman kerdil, batangnya kecil dan kurus. Gejala kekurangan S pada banyak tanaman sama dengan nitrogen sehingga seringkali terjadi salah menilai masalah di lapangan.
Perbedaan gjala terutama terletak pada perbedaan sifat dari kedua unsur ini. Sulfur sukar ditranslokasi dari bagian yang tua ke bagian yang muda apabila terjadi kekurangan unsur ini. Dengan demikian gejala kekurangan sulfur akan terlihat pada bagian-bagian yang muda.
Peranan sulfur dalam pertumbuhan dan metabolisme tanaman sangat banyak dan penting.
1.      Sulfur dibutuhkan untuk sintesa asam-asam amino yang mengandung S, seperti cystine, cyctine, dan methonine dan juga untuk sintesa protein.
2.      Sulfur mengaktifkan enzym-enzym protolytic tertentu seperti papainase, contoh-contohnya adalah papain, bromelin dan ficin.
3.      Sulfur merupakan bagian dari: vitamin-vitamin tertentu, coenzym A, biotin, thiamin (vitamin B1) dan glutathiono.
4.      Sulfur terdapat juga di dalam minyak beberapa tanaman rempah dan bawang.
5.      Sulfur menaikkan kadar minyak tanaman seperti kedele.
6.      Rantai disulfida (-S-S-) akhir-akhir ini dihubungkan dengan struktur protoplasma, dan jumlah gugusan subhidril (-SH) dalam tanaman dalam beberapa hal telah dihubungkan dengan kenaikan day tahan terhadap suhu rendah.
Nilai biologik dari suatu protein yang dinyatakan dengan indeks EAA (Essential Amino Aci) ditentukan dengan jalan membandingkan kadar asam amino dengan kadarnya pada protein hewani yang berkwalitas tinggi. Penelitian-penelitian tentang nilai gizi suatu bahan makanan menunjukkan bahwa asam amino yang mengandung S menentukan nilai biologik dari protein yang dikandungnya, bahkan lebih penting dari kandungan lysin. Para peneliti ini bahkan engemukakan bahwa sebagian besar dari penduduk dunia hidup dari bahan makanan yang rendah kadar methioninnya.
Pemupukan dengan sulfat dapat menaikkan kadar methionin, cyctine dan kandungan S total di dalam tanaman (Tabel 2).




Tabel 2. Pengaruh Ion Sulfat Terhadap Kadar Methionin, Cystine dan S Total di
              Dalam Dua Strain Alfalfa *)

Perlakuan SO42-
(ppm)
Methionine
(mg/g N)
Cyctine
(mg/g N)
% S
C – 3
C – 10
C – 3
C – 10
C – 3
C – 10
0
10.6
17.6
21.5
24.4
0.100
0.089
1
20.8
27.6
28.6
35.2
0.103
0.098
3
33.6
34.9
37.0
43.6
0.129
0.12
9
38.0
40.3
38.9
42.9
0.186
0.200
27
41.4
43.9
42.9
45.0
0.229
0.227
81
43.4
44.3
43.6
46.0
0.244
0.242

*) Sumber asli: Tisda;e et. al., Agron. J. 42:221 (1950)
Dari data pada Tabel 2 terlihat bahwa kemampuan kedua strain Alfalfa dalam pembentukkan methionine dan cyctine berbeda. Kemampuan dari berbagai species atau strain tanaman dalam memanfaatkan unsur hara dari jumlah yang tersedia secara efektif untuk membentuk berbagai senyawa di dalam tubuhnya merupakan suatu sifat yang penting terutama bila dilihat dalam hubungan dengan gizi makanan hewan maupun manusia. Oleh sebab itu merupakan bahan yang penting untuk diteliti. Kekurangan sulfur dapat menyebabkan akumulasi N-nonprotein, dan ini akan sangat membahayakan ternak.
Apabila ternak ruminant dapat menggunakan sulfat, sulfida dan juga unsur S dalam pembentukkan protein, maka ternak nonruminant harus ada methionine di dalam ransumnya baru dapat membentuk protein.
Pemupukan N dalam jumlah besar dapat menyebabkan akumulasi nitrat dan amida di dalam tanaman. Kadar nitrat yang tinggi di dalam tanaman akan bersifat racun bagi hewan. Akumulasi ini terutama terjadi apabila kadar S di dalam tanah rendah. Kenyataan ini baru saja diperoleh peneliti-peneliti di Norwegia. Mereka menunjukkan bahwa bahaya dari kandungan nitrat yang tinggi dihilangkan pemupukan S yang cukup. Tanaman dengan bandingan N : S (%N : %S) sebesar 10 : 1 sampai 20 : 1 dinilai cukup baik untuk diberikan kepada ternak ruminant (Salim, 2011).

Boron (B)
Boron dalam tanah umumnya terdapat dalam bentuk asam borat yang tak terdisosiasi (H3BO3, pK 9.2) dan diserap tanaman. Bentuk-bentuk lain yang jumlahnya sedikit ialah B4O72-, H2BO3-, HBO3= dan BO3--. Juga diambil tanaman tetapi tidak nyata pengaruhnya bagi tanaman. Kadarnya dalam tanaman-tanaman monokotil berkisar antara 6 – 18 ppm dan dalam dikotil antara 20 – 60 ppm. Kadar 20 ppm dalam dayn tua berbagi tanaman biasanya dinilai cukup.
Beberapa tanaman terutama jenis kacang-kacangan, sangat sensitif terhadap unsur ini. Dosis B yang dipakai dengan hasil baik untuk alfalfa dapat bersifat racun bagi kacang-kacangan. Boron relatif immobil di dalam tanaman sehingga gejala defisiensi pertama-tama terlihat pada pucuk-pucuk muda yang selanjutnya diikuti oleh kematian daun-daun muda. Daun yang termuda akan menjadi hijau pucat, terutama pada bagian dasarnya. Jaringan pada bagian pangkal daun pecah, sehingga apabila daun itu tumbuh terus maka ia seakan-akan terpilih.
Berbagai tanaman akar (root crops) dipengaruhi sekali oleh kekurangan boron. Jaringan-jaringan dalam dari akar-akar pecah dan memberikan warna hitam yang dinamakan hati coklat atau hitam (brown atau black heart) seperti sering terlihat pada bit gula. Mengapa kekurangan boron memberikan gejala seperti disebutkan di atas, tidak diketahui dengan jelas.
Boron dinyatakan mengambil peran dalam metabolisme karbohidrat dan pergerakkan gula dengan jalan membentuk senyawa kompleks dari boron gula yang bersifat permeable atau dengan mempengaruhi membran sel sehingga sifatnya lebih permeable untuk gula.
Boron juga mempengaruhi perkembangan sel, dan sistesa-sintesa penting lainnya. Fungsi lain adalah bahwa unsur ini merupakan inhibitor dalam pembentukkan tepung.
Percobaan-percobaan juga membektukan bahwa transpirasi tanaman kacang-kacangan yang diberi boron lebih besar dari pada yang tidak memdapat boron. Reduksi ini terutama disebabkan karena kecepatan absorpsi air berkurang serta morfologi tanaman kekurangan B tidak normal.
Juga kekurangan boron akan menyebabkan terhentinya penambahan sel. Pembelahan sel dalam hal ini jelas tidak terhenti oleh karena tidak adanya gula, protein asam nukleat tetapi bahwa tidak ada boron menyebabkan terjadinya abnormalitas dalam dinding sel sehingga pengaturan sel untuk mitosis terganggu.
Sarjana-sarjana Rusia akhir-akhir ini mendapatkan bahwa kekurangan boron menurunkan kandungan asam rebonucleic acid (RNA) pada ujung-ujung batang dan akar dari tanaman kacang-kacangan dan bunga matahari yang ditanam dalam kultur air sedangkan kandungan asam desxyribonucleic (DNA) pada bagian-bagian itu juga berkurang pada tanaman bunga matahari. Pemberian boron ternyata mengembalikan produksi normal dari RNA dan DNA. Hal ini menunjukkan bahwa kekurangan boron akan lebih mengganggu metabolisme asam nucleic dari pada metabilisme karbohidrat (Salim, 2011)

Besi (Fe)
Kadar Fe sebesar 50 – 250 ppm dalam tanaman dinilai cukup. Besi diambil oleh tanaman dalam bentuk ion ataupun dalam bentuk garam-garam kompleks organik (chelate) dan dapat juga diabsorpsi oleh daun apabila besi sulfat atau kompleks Fe organik diberikan melalui daun. Pada beberapa tanaman, jarum-jarum besi yang dibenamkan ke dalam batang dapat merupakan sumber besi bagi tanaman itu. Walaupun Fe3+ dapat siabsorpsi oleh tanaman, tetapi dalam proses metabolisme ion Fe2+ yang aktif. Oleh sebab itu dapat terjadi bahwa walaupun kadar ion  ferri banyak di dalam jaringan tanaman, gejala kekurangan besi dapat juga timbul.
Kekurangan besi sering terjadi di tanah-tanah berkapur atau tanah alkali tetapi juga dapat timbul di tanah-tanah asam apabila dilakukan pemupukan fosfat yang terlalu berat. Tanaman-tanaman yang sering menunjukkan gejala ini adalah jeruk, sorghum, kedele, jenis sayur-sayuran dan tanaman liar, dan sebagainya.
Gejala kekurangan mula-mula terlihat pada daun yang muda karena tidak dapat ditranslokasi dari bagian yang tua ke bagian meristem. Sebagai akibatnya pertumbuhan terhenti. Gejala ini mula-mula timbul sebagai chlorosis diantara tulang daun yang muda. Dalam keadaan yang lebih lanjut, gejala ini tersebar cepat ke seluruh helai daun sehingga warnanya menjadi putih.
Fungsi khusus dari besi adalah mengaktifkan berbagai sistem enzym antara lain catalase, cytochrome, oksidase, aconitase, sintesa khlorofil, peptidilproline hydrolase dan nitrogenesa (dalam fiksasi N2, terdapat pada rhizobium, dll). Kekurangan basi akan melemahkan mekanisme dari sitem prosuksi khloropyl. Hal ini terbukti dari percobaan dimana kadar khloropyl meningkat dengan pemberian besi secara terus menerus.
Besi juga diduga mempunyai hubungan dengan sintesa protein khloropyl. Keseimbangan antara jumlah besi dengan jumlah Mo, P, Mn dan Cu perlu mendapat perhatian khusus.
Besi mampu mengganti sebagian fungsi Mo sebagai kofaktor logam yang penting untuk kegiatan enzym reduktase nitrat pada kedele.

Mangan (Mn)
Kadar normal dalam tanaman berkisar antara 20-500 ppm. Kekuranga Mn biasanya terjadi bila kadarnya dalam bagian atas menjadi 15-25 ppm. Mangan diabsorpsi tanaman dalam bentuk ion mangano, Mn2+ dan juga dalam bentuk molekul senyawa kompleks organik. Bentuk-bentuk ini dapat juga diserap melalui daun.
Mangan tidak mobil dalam tanaman sehingga gejala defisiensinya muncul mula-mula pada bagian yang muda. Pada tahap pendahuluannya gejalanya berupa chlorosis diantara tulang-tulang daun.
Pada tanah-tanah yang masa dimana biasanya kadar Mn tinggi, tanaman akan keracunan. Daun-daun akan mengkerut ataupun timbul bercak-bercak keratan pada daun.
Terlihatnya Mn dalam fotosintesis terutama adalah pada evaluasi O2. Mn juga berperan dalam proses-proses oksidasi reduksi dan reaksi-reaksi dekarboksilasi dan hidrolisis. Mn juga dapat mengganti Mg dalam banyak reaksi fosforilasi dan reaksi-reaksi tranfer. Mn juga dilukiskan dalam banyak reaksi enzym dalam siklus asam sitrat. Dalam hal transformasi enzym Mn sama efektif seperti Mg. Mn mempengaruhi kadar enzym dalam tanaman dan nampaknya kadar Mn tinggi mendorong pemecahan dari indolencetic acid (IAA). Juga Mn merupakan aktivator khusus dari enzym prolidase dan glutamyl transferase.
Akhir-akhir ini diketemukan bahwa Mn mempunyai peranan dalam salah satu proses fotokimia seperti reaksi Hill. Penelitian-penelitian Australia menemukan bahwa Mn merupakan bagian dari chloroplast tomat. Dalam usaha mengisolasi Mn dari chloroplast dengan konsentrasi KCN yang tinggi ternyata reaksi Hill terhalang sama sekali. Dari kenyataan ini disimpulkan bahwa Mn secara langsung mengambil bagian di dalam reaksi Hill pada chloroplast.
Mn seperti halnya dengan unsur-unsur mikro yang lain dibutuhkan dalam jumlah yang kecil sedangakan dalam jumlah yang besar dapat menjadi racun. Cara mengatasinya biasanya dengan jalan pengapuran sampai pH 5.5 (Salim, 2011).

Tembaga (Cu)
Kadar normal Cu jaringan tanaman berkisar antara 5-20 ppm. Defisiensi muncul bila kadarnya menjadi lebih kecil dari 4 ppm dalam bahan kering. Tembaga diambil tanaman dalam bentuk ion kupri Cu2+, dan juga dalam bentuk molekul kompleks organik. Bentuk-bentuk ini (garam-garam Cu dan Cu kompleks) dapat juga diambil melalui daun, sehingga untuk mengatasi kekurangan Cu biasanya dilakukan penyemprotan pada daun.
Kekurangan Cu biasanya dijumpai di tanah-tanah organosol tetapi juga pada tanah-tanah berkapur dan berpasir kuarsa. Tanaman yang biasanya respons terhadap pemupukan Cu ialah bit, clover, carrots, jagung, gandum, dan pohon buah-buahan. Gejala defisiensinya untuk tiap jenis tanaman berbeda. Pada tanaman jagung daun-daun termuda berwarna kuning dan pertumbuhannya tertekan, dan apabila keadaan kekurangan makin parah maka daun-daun yang muda menjadi putih pucat sedangkan daun yang tua mati. Pada tingkat yang lebih lanjut jaringan-jaringan pada ujung-ujung dan tepi daun mati dan memberikan gejala kekurangan Cu mula-mula berupa warna pucat dari daun-daun muda dan ujung-ujungnya mati. Sedangkan banyak tanaman sayuran yang kekurangan Cu memperlihatkan tanah layu, kemudian timbul bercak-bercak hijau kebiruan, menjadi chlorotik, mengeriting dan bunga-bunga biasa tidak terbentuk.
Cu berfungsi sebagai aktivator untuk berbagi enzym yang meliputi tyrosinase, laktase, oksidase asam askorbat. Juga berfungsi pada photosynthetic electron transport dan dalam pembentukkan nodule (tidak langsung).
Kekurangan Cu juga menyebabkan akumulasi besi pada tanaman jagung dan terutama pada nodenya. Seperti halnya dengan besi dan Mn, jumlah Cu yang haris ada di dalam tanaman harus dihubungkan dengan jumlah logam-logam berat yang lain. Hal ini mungkin lebih penting daripada jumlah absolutnya, agar tanaman dapat berfungsi dengan baik (Salim, 2011)

Seng (Zn)
Kadar normal dalam bahan kering berkisar antara 25-150 ppm. Kurang dari 25 ppm tanaman akan kekurangan Zn dan lebih dari 400 ppm akan keracunan. Seng diambil tanaman dalam bentuk Zn2+ tetapi juga dapat diambil dalam bentuk molekul garam kompleks organik seperti EDTA. Pemberian garam-garam Zn yang larut maupun Zn kompleks melalui daun merupakan cara yang sering ditempuh untuk mengatasi kekurangan Zn.
Defisiensi Zn telah dikemukakan pada berbagai tanaman antara lain pada tanaman jagung, sorghum, jeruk, polong-polongan, kapas dan berbagai tanaman sayuran. Gejala pertama terlihat pada daun yang muda dimulai dengan khlorosis diantara tulang-tulang daun diikuti dengan berkurangnya laju pertumbuhan tunas dan dapat memberikan gejala roset untuk beberapa tanaman.
Gejala yang umum terjadi pada tanaman adalah :
1.      Timbulnya daerah-daerah berwarna hijau muda, kuning, atau putih diantara tulang-tulang daun terutama daun-daun yang tua di bagian bawah.
2.      Jaringan-jaringan pada daerah tersebut di atas mati.
3.      Ruas-ruas tanaman/ batang memendek sehingga daun-daunnya memberikan bentuk roset.
4.      Daun-daun menjadi kecl, sempit dan agak tebal. Bentuknya seringkali tidak sempurna.
5.      Daun-daun lebih cepat gugur.
6.      Pertumbuhan tertekan.
7.      Bentuk buah seringkali tidak sempurna dan kecil atau tidak berbuah sama sekali.
Seperti halnya dengan unsur hara mikro yang lain, seng dalam kadar yang relatif kecil dapat bersifat racun bagi tanaman. Kesetimbangan konsentrasinya di dalam tanaman dengan konsentrasi logam-logam berat yang lain adalah lebih penting daripada konsentraso absolutnya. Kekurangan Zn biasanya timbul pada tanah-tanah berkapur atau tanah-tanah yang diberi perlakuan P berat.
Fungsi Zn dalam tanaman meliputi (1) metabilisme auxin (meliputi sintesa tryptofan dan metabolisme tryptamin, (2) dehydrogenase enzym, (3) fosfodiesterase, (4) carbonic anhydrase, (5) superoksida dismutase, (6) mendorong pembentukkan cytochrome, dan (7) menstabilkan fraksi ribosom (Salim, 2011)

Molibdenum (Mo)
Kadar normal dalam bahan kering tanaman adalah kurang dari 1 ppm, tetapi kurang dari 0.2 ppm tanaman akan kekurangan Mo. Tetapi dalam kasus-kasus ekstrim kadar Mo dalam tanaman dapat mencapai 1000-2000 ppm. Kadar Mo dalam nodule kacang-kacangan dapat mencapai 10 kali kadarnya dalam daun.
Peranan Mo sebagai unsur essensiil baru saja ditetapkan dibandingkan dengan unsur-unsur lain. Mo mungkin sekali diambil tanaman dalam bentuk MoO42-. Dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil, dan kelebihan sedikit saja dapat bersifat racun bagi ternak yang memakan bahan hijauan hasil perlakuan Mo. Kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan pemupukan Mo terutama disebabkan karena jumlah yang terlalu kecil. Di Australia biasanya hanya dicampur 24 oz oksida Molibdat dengan 2240 lb superfosfat. Untuk mendapatkan suatu campuran yang meratapun merupakan suatu masalah.
Gejala defisiensinya banyak dikemukakan pada berbagai tanaman dan biasanya dimulai dengan gejala chlorosis diantara tulang-tulang daun. Pada tanaman polong-polongan daun-daun biasanya menjadi kuning pucat dan pertumbuhannya tertekan. Gejala ini juga merupakan ciri khas dari kekurangan nitrogen. Hal ini disebabkan karena Mo dibutuhkan oleh Rhizobium untuk fiksasi N. Mo juga dibutuhkan oleh tanaman-tanaman bukan polong-polongan, untuk reduksi nitrat.
Kekurangan Mo akan menggangu fiksasi nitrogen, asimilasi nitrogen dan reduksi nitrat yang berarti mengganggu sintesa asam-asam amino  dan protein. Mo juga mempengaruhi akumulasi nitrat dan menekan aktivitas oksidase asam askorbat dan merupakan aktivator bagi enzym reduksi nitrat dan oksidase xanthine (Salim, 2011).

Chlor (Cl)
Kadar Cl dalam tanaman biasanya berkisar antara 0.2 – 2 %, tetapi kadar 10% tidak biasa ditemukan. Chlor diabsorpsi tanaman dalam bentuk Cl- dan baru saja ditetapkan sebagai unsur essensiil (pertengan 1950). Brom dalam konsentrasi yang agak tinggi dapat mengganti sebagian fungsi dari chlorseperti halnya antara natrium dengan kalium.
Hingga saat ini kekurangan chlor terbanyak dikenal dalam penelitian dengan kultur hara di rumah kaca. Tetapi beberapa tanaman dilapangan menunjukkan respons terhadap unsur ini, seperti tembakau, tomat, lobak, kol, bit, gandum, jagung, kentang, kapas, carrots dan erces.
Chlor dalam jumlah yang berlebihan dapat merusak tanaman seperti pada tembakau dan kentang. Untuk kedua specien ini, daun-daun menebal dan cenderung menggulung. Dalam keadaan yang berlebihan ini, maka kwalitas penyimpanan dari kentang dan kwalitas bakar dari tembakau akan berkurang.
Gejala defisiensi chlor sukar dikenal. Dikatakan bahwa tanaman yang kekuranagn chlor memperlihatkan warna daun seperti perung. Pada percobaan dengan kultur hara di rumah kaca, kekurangan chlor menekan perkembangan akar. Pengetahuan tentang fungsi chlor dalam nutrisi tanaman relatif belum ada. Cl belum ditemukan dalam hasil metabolisme sehingga peranannya diduga erat kaitannya dengan tekanan osmotik cairan sel, dan kemungkinan dalam hubungan dengan peranan netralisasi dari kation yang berdampak pada proses-proses biokimia dan biofisik. Cl juga dapat menjadi counter ion pada saat kadar K+ meningkat, jadi dengan demikian menjaga turgar daun dan bagian tanaman yang lain. Cl juga ternyata berperan dalam evolusi O2 pada photosystem II dalam proses photosintesa. Serapan NO3- dan SO4= dapat berkurang karena bersaing dengan Cl- (Salim, 2011).
Cobalt (Co)
Belum diketahui apakag cobalt dibutuhkan oleh tanaman tingkat tinggi walaupun telah ditemukan beberapa pengaruh dari unsur ini terhadap jenis leguminosao. Cobalt dibutuhkan oleh rhizobium untuk fiksasi nitrogen sehingga bertitik tolak dari produksi polong-polongan secara biasa, maka unsur ini dinilai essensiil. Cobalt penting untuk rhisobium karena ia merupakan pembentuk vitamin B12 (cyanicibalamine), yang sangat penting untuk pembentukkan heamoglobin dan diperlukan untuk fiksasi nitrogen.
Penelitian-penelitian tentang peranan Co terhadap ektivitas rhizobium menunjukkan bahwa rhizobium yang diinokulasi pada tanaman legume dengan media bebas cobalt, tidak tumbuh. Percobaannya sulit karena konsentrasi yang dipakai terlalu kecil, berkisar antara 0.1 – 1.0 ppb (part per billion : 1 billion = 1.000.000.000) sesuai dengan kebutuhan organisme-organisme ini.
Peneliti-peneliti Rusia akhir-akhir ini mendapatkan bahwa cobalt dapat memperbaiki pertumbuhan, transpirasi dan photosintesa dan pada kacang-kacangan dan mustard, kadar chlorophyl dalam daun baik. Selanjutnya dikemukakan bahwa kadar air dan aktivitas katalase dalam daun bertambah, sedangkan konsentrasi cairan sel berkurang karena perlakuan cobalt.
Peranan cobalt selain dalam sinthesa vitamin B12, belum diketahu. Tetapi ada percobaan yang menunjukkan bahwa kemungkinan cobalt merupakan salah satu dari logam-logam yang mengaktifkan enzym-enzym arginase, lecithinase, exalacetic decarboxylase dan enzem malat, tetapi ia tidal mempunyai fungsi khusus (Salim, 2011).

Vanadium (V)
Vanadium merupakan unsur yang essensiil bagi ganggang hijau, scenedesmus, tetapi untuk tanaman tingkat tinggi belum terbukti. Vanadium dapat mengganti molybden sampai batas-batas tertentu dalam butriso azotobakter. Beberapa peneliti mengemukakan pendapat tentang peranan V pada rhizcbium, tetapi belum diterima secara umum. Hubungan unsur ini dengan nutrisi tanaman sama sekali belum diketahui (Salim, 2011)

Natrium (Na)
Kadar dalam tanaman dapat berkisar dari 0.1 – ± 10 % dalam daun kering. Natrium diabsorpsi dalam bentuk Na+. Secara umum natrium belum diakui sebagai unsur esensiil, tetapi essensiil bagi tanaman-tanaman dari golongan C4. tetapi hasil-hasil percobaan menunjukkan bahwa unsur ini essensiil untuk tanaman bit dan bukan sekedar sebagai pengganti peranan kalium. Telah lama diketahui bahwa pertumbuhan beberapa tanaman distimulir oleh perlakuan natrium dan terutama terjadi pada tanah-tanah yang kekurangan kalium. Ada beberapa tempat di Indonesia dimana petani memupuk pohon kelapanya dengan garam dapur.
Natrium mempengaruhi pengikatan air oleh tanaman dan menyebabkan tanaman itu tahan kekeringan. Pada tanah-tanah dengan kadar natrium rendah, daun-daun tenaman bit menjadi hijau tua dan tipis. Tanaman cepat menjadi layu. Gejala nekrotik diantara tulang daun dapat juga terjadi seperti kalium.
Peranan kalium dalam proses fisiologi belum banyak diketahui, tetapi beberapa yang telah diketahui adalah (1) dalam akumulasi asam eksalat, (2) peran bersama dengan K, (3) dalam pembukaan stomata, dan (4) mengatur reduktase nitrat (Salim, 2011).

Silikon (Si)
Dalam tanah terutama terdapat bentuk Si(OH)4 dan diduga tanaman menyerap dalam bentuk ini. Essensialitas dari Si untuk pertumbuhan tanaman tingkat tinggi merupakan pertanyaan yang hangat. Akhir-akhir ini telah ditetapkan bahwa Si essensiil bagi padi, tebu dan rumput disamping beberapa tanaman lain seperti gandum, ketimun, desmondium clover, lettuce, dll. Pentingnya Si bagi ganggang telah lama diketahui tetapi akhir-akhir ini peneliti-peneliti Jepang dalam percobaan dengan kultur hara menemukan bahwa pada tanaman padi silikon dapat menambah tinggi tanaman, jumlah batang, berat basah, dan berat kering tanaman. Apabila pada masa reproduksi pemberian Si dihentikan maka jumlah butir tiap malai dan persentase biji yang masa berkurang. Diduga mungkin Si juga essensiil untuk beberapa tanaman lain seperti ketimun dan gandum.
Fungsi Si dalam proses metabolisme dan fisiologi tanaman belum ditemukan. Namun Si nampaknya berperan dalam menjaga agar daun-daun tidak terkulai sehingga meningkatkan photosintesa, meningkatkan resistensi terhadap hama, dan meningkatkan daya oksidasi akar sehingga tanaman padi lebih toleran terhadap kadar Fe dan Mn yang tinggi (Salim, 2011).









BAB III
METODE PENELITIAN


A.    Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang kami gunakan adalah eksperimen karena menggunakan beberapa variabel yaitu variabel kontrol, variabel manipulasi dan variabel respon. Selain itu juga menggunakan pembanding dalam penelitian.

B.     Variabel Penelitian
1.      Variabel Kontrol
a.       Jenis Tanaman
b.      Volume larutan media 250 ml
c.       Botol bermulut lebar
d.      Penutup botol
e.       Kertas karbon sebagai pembungkus botol
2.      Variabel Manipulasi
Larutan sediaan (M)
3.      Variabel Respon
Gejala yang ditimbulkan tanaman serunai laut akibat kekurangan hara tertentu (pengurangan volume air, perubahan akar dan daun).


C.    Alat dan Bahan
1. Alat:
a.       Botol bermulut lebar atau wadah dengan kapasitas minimal 250 ml 8 buah
b.      Kertas karbon
c.       Tutup botol dari bahan gabus atau bahan steroform
d.      Kapas
e.       Gelas ukur
f.       Gelas beker
g.      Pipet
h.      Pisau atau gunting

2. Bahan:
a.       Spesies tanaman serunai laut bercobaan, 8x3 buah.
b.      Larutan makronutrien, yang masing-masing dengan konsentrasi 1 M, terdiri dari :
·         Ca(NO3)2
·         KNO3
·         MgSO4.7H2O
·         KH2PO4
·         NaNO3
·         MgCl2
·         NaSO4
·         CaCl2
·         KCl
c.       Larutan mikro nutrient, yang terdiri dari :
·   H3BO3                         2,86 g
·   MnCl2.4H2O               1,81 g
·   ZnCl2                           0,11 g
·   CuCl2.2H2O                0,05 g
·   NaMo4.2H2O              0,025 g
Semua bahan mikronutrien di atas dilarutkan dengan aquades sampai volumenya mencapai 1 liter.
d.      Larutan FeEDTA yang dibuat dengan cara:
a.       Melarutkan 5,57 g FeEDTA.7H2O dalam botol 200 ml aquades
b.      Melarutkan 7,45 g Na2EDTA dalam 200 ml aquades
Larutan a dan b kemudian dipanaskan, didinginkan, kemudian ditambah aquades samapi volumenya 1 liter. Hal tersebut ditempuh agar diperoleh kompleks FeEDTA yang stabil.


D.    Langkah Kerja
1.      Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2.      Siapkan media yang diperlukan sesuai dengan tabel di bawah ini.
Larutan sediaan (M)
Komplit
-Ca
-S
-Mg
-K
-N
-P
-Fe
-Mikro
Ca(NO3)2
10
-
10
10
10
-
10
10
10
KNO3
10
10
10
10
-
-
10
10
10
MgSO4.7H2O
4
4
-
-
4
4
4
4
4
KH2PO4
2
2
2
2
-
2
-
2
2
FeEDTA
2
2
2
2
2
2
2
-
2
Mikronutrien
2
2
2
2
2
2
2
2
-
NaNO3
-
20
-
-
10
-
-
-
-
MgCl2
-
-
4
-
-
-
-
-
-
NaSO4
-
-
-
2
-
-
-
-
-
NaH2PO4
-
-
-
-
2
-
-
-
-
CaCl2
-
-
-
-
-
10
-
-
-
KCl
-
-
-
-
-
10
2
-
-

3.      Berilah label pada setiap botol sesuai dengan jenis perlakuan yang diberikan. Misalnya –N untuk difisiensi N dst.
4.      Isi tiap botol percobaan dengan larutan media 250 ml, kemudian berilah tanda tinggi larutan dalam botol dengan menggunakan spidol tahan air.
5.      Memasukkan tamaman ke dalam setiap botol melalui lubang tutup botol sebagai penyangga.
6.      Bungkus botol tersebut dengan kertas karbon, sehingga bagian akar terlindung dari cahaya.
7.      Simpan tanaman percobaan pada green house, kemudian periksa tinggi larutan setiap minggu dalam satu bulan.
8.      Susutnya larutan di dalam botol harus digantikan oleh aquades sehingga mencapai tinggi semula.
9.      Ganti larutan secara keseluruhan setiap minggu.
10.  Catat hasol pengamatan selama percobaan berupa gejala-gejala yang muncul akibat kekurangan salah satu hara dalam medium tanamnya.
11.  Percobaan ini memakan waktu 4 minggu.

E.     Rancangan Penelitian



BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A.    Hasil Pengamatan
1. Tabel
Tabel 1. Pengaruh Unsur Hara Komplit, Ca, dan S  Terhadap Perubahan Volume Air, Daun, dan Akar Pada Tanaman Serunai Laut Setiap Minggu Selama 4 Minggu.
No.
Perlakuan
Pengamatan ke
Hasil Pengamatan
Pengurangan volume air (ml)
Perubahan Daun
Perubahan Akar
1
Komplit
1
75
Hijau segar
Serabut akar halus +++
2
50
Hijau segar
Serabut akar ++++
3
50
Hijau kekuningan
Serabut akar +++++
4
50
Hijau Kekuningan
Serabut akar ++++++
2
-Ca
1
40
Hijau Segar
Serabut akar halus ++
2
30
Hijau Kekuningan
Serabut akar +++
3
105
Hijau Kekuningan
Serabut akar ++++
4
20
Kuning
Serabut akar +++++
3
-S
1
25
Kuning sebagian dan layu
Serabut akar +
2
5
2 daun kering dan layu
Serabut akar ++
3
40
Ujung daun coklat dan layu
Serabut akar +++
4
10
Kering dan layu
Serabut akar ++++



Tabel 2. Pengaruh Unsur Hara K, Mg, dan N  Terhadap Perubahan Volume Air, Daun, dan Akar Pada Tanaman Serunai Laut Setiap Minggu Selama 4 Minggu.
No.
Perlakuan
Pengamatan ke
Hasil Pengamatan
Pengurangan volume air (ml)
Perubahan Daun
Perubahan Akar
1
-K
1
75
Berwarna hijau segar ++
Akar bertambah panjang ++
2
50
Berwarna kuning di bagian tengah daun +
Akar bertambah panjang ++
3
60
Berwarna kuning di bagian tengah daun ++
Akar bertambah panjang +
4
125
Daun berwarna kuning +
Akar bertambah panjang +
2
-Mg
1
75
Berwarna hijau segar +
Akar bertambah panjang +++
2
50
Berwarna kuning di bagian tengah daun ++
Akar bertambah panjang ++
3
90
Daun berwarna kuning +
Akar bertambah panjang +
4
150
Daun berwarna kuning +++
Akar bertambah panjang +
3
-N
1
100
Berwarna hijau segar +
Akar bertambah panjang ++++
2
80
Berwarna kuning di bagian tengah daun +
Akar bertambah panjang +++
3
90
Daun berwarna kuning +
Akar bertambah panjang ++
4
200
Daun berwarna kuning ++
Akar bertambah panjang +
Tabel 3. Pengaruh Unsur Hara P, Fe, dan Mikro  Terhadap Perubahan Volume Air, Daun, dan Akar Pada Tanaman Serunai Laut Setiap Minggu Selama 4 Minggu.
No.
Perlakuan
Pengamatan ke
Hasil Pengamatan
Pengurangan volume air (ml)
Perubahan Daun
Perubahan Akar
1
-P
1
100
Kuning di bagian tepi +
Bertambah lebat +++
2
120
Kuning di bagian tepi ++
Bertambah lebat ++++
3
130
Kuning di bagian tepi +++
Bertambah lebat +++++
4
135
Mengering dan menggulung
Bertambah lebat +++++
2
-Fe
1
80
Segar
Bertambah lebat ++
2
100
Segar
Bertambah lebat ++
3
110
Segar
Bertambah lebat +++
4
110
Layu dan belum menguning
Bertambah lebat ++++
3
-Mikro
1
75
Segar
Bertambah lebat +
2
50
Menguning
Bertambah lebat ++
3
80
Menguning 2 helai
Bertambah lebat +++
4
100
2 helai daun menguning dan menggulung
Bertambah lebat ++++






2. Histogram
Histogram Pengaruh Unsur Hara Tertentu Terhadap Perubahan Volume Air yang Diserap oleh Tanaman Serunai Laut Setiap Minggu Selama 4 Minggu

B.     Analisis Data
Dari data hasil pengamatan pada Tabel 1 Pengaruh Unsur Hara Komplit, Ca, dan S  Terhadap Perubahan Volume Air, Daun, dan Akar Pada Tanaman Serunai Laut Setiap Minggu Selama 4 Minggu menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman yang paling bagus ialah tanaman yang diberi unsur hara komplit yang dibuktikan pada hasil perubahan volume air yang diserap setiap minggu, perubahan daun dan akar yakni perubahan volume air yang diserap setiap minggu relatif stabil, kondisi daun dari minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-2 masih tetap segar, dan minggu ke-3 dan ke 4 mulai kekuningan, kondisi akar setiap minggu mengalami pertumbuhan serabut akar.
Dari data hasil pengamatan pada Tabel 2 Pengaruh Unsur Hara K, Mg, dan N  Terhadap Perubahan Volume Air, Daun, dan Akar Pada Tanaman Serunai Laut Setiap Minggu Selama 4 Minggu menunjukkan bahwa unsur N yang paling berperan dalam pertumbuhan tanaman serunai laut dibuktikan pada hasil perubahan volume air yang diserap setiap minggu, perubahan daun dan akar yakni perubahan volume air yang diserap setiap minggu cukup banyak yaitu minggu ke-1 sebanyak 100 ml, minggu ke-2 sebanyak 80 ml, minggu ke-3 sebanyak 90, dan minggu ke-4 sebanyak 200 ml, kondisi daun dari minggu ke-1 berwarna hijau segar, minggu ke-2 daun mulai menguning dibagian tengah, dan pada minggu ke-3 dan ke-4 daun mulai menguning, kondisi akar setiap minggu pertumbuhannya semakin terhambat. Gejala ini dikarenakan tanaman karena tanaman kekurangan unsur hara N yang disebut dengan gejala klorosis. Oleh karena itu, unsur hara N sangat penting dalam pertumbuhan semua tanaman termasuk serunai laut.
Dari data hasil pengamatan pada Tabel 3 Pengaruh Unsur Hara P, Fe, dan Mikro Terhadap Perubahan Volume Air, Daun, dan Akar Pada Tanaman Serunai Laut Setiap Minggu Selama 4 Minggu menunjukkan bahwa gejala yang ditimbulkan akibat kekurangan unsur hara P dan mikro hampir sama yaitu akarnya bertambah lebat, daunnya mengalami klorosis dengan cirri-ciri menguning, mongering dan menggulung, sedangkan gejala yang ditimbulkan akibat kekurangan unsur hara Fe tidak begitu terlihat hanya akar bertambah lebat dan daun mulai layu pada akhir pengamatan atau pada minggu ke-4.

C.    Pembahasan
          Dari hasil pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa pada tanaman yang kekurangan unsur makro menunjukkan gejala nekrosis dan klorosis. Namun, ternyata defisiensi hara mikro juga menampakkan gejala klorosis dan nekrosis yang cukup signifikan. Hal ini sesuai pernyataan Dwijdoseputro (1980) dalam Anonim 2011 bahwa tanaman yang kekurangan unsur-unsur hara esensial (makro maupun mikro) akan menimbulkan gejala kematian tanaman dengantanda-tanda yang tidak jelas.
          Lakitan (1993) dalam Anonim 2011 juga menyatakan gejala defisiensihara dapat berupa pertumbuhan akar, batang, atau daun yang terhambat (kerdil) dan klorosis atau nekrosis pada berbagai organ tanaman. N sebagai penyusun protein dan Mg sebagai penyusun klorofil, sehingga defisiensinya dapatmenyebabkan hambatan pertumbuhan dan klorosis. Tjitrosomo (1985) dalam Anonim 2011 menyatakan defisiensi salah satu unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman akanmenyebabkan terganggunya metabolisme sehingga menghambat pertumbuhan.Tanaman yang kekurangan unsur K menunjukan gejala klorosis, disamping tepi daun mengering akibat rendahnya kandungan air dalam daun. Fungsi K dalam metabolisme tumbuhan adalah sebagai katalisator dan memegangperanan penting dalam sintesis protein dari asam-asam amino dan metabolismehidrat arang (Prawiranata, 1989) dalam Anonim 2011 . Tjitrosomo (1985) dalam Anonim 2011 menambahkan bahwa defisiensi Kalium menyebabkan nekrosis pada ujung batang dan menimbulkan daerah kuning pada daun yang kemudian menyebabkan warna coklat disertai kematian pada tanaman. Kekurangan unsur kalsium (Ca) pada tanaman akan menampakan gejalaklorosis ditandai daun yang menguning dan akhirnya mati. Menurut Prawiranata(1989) dalam Anonim 2011, Ca diperlukan untuk pertumbuhan meristem dan menjamin pertumbuhanserta berfungsinya ujung-ujung akar yang wajar. Unsur Ca sebagian besar ditemukan pada daun terutama daun-daun tua. Kekurangan Ca akan mempengaruhi kekuatan tumbuhan. Apabila kebutuhan unsur Ca tidak terpenuhidengan baik, akan mengakibatkan tumbuhan menjadi cenderung lemah sertapertumbuhan akarnya kurang baik (tidak subur). Defisiensi sulfur (S) akan menimbulkan klorosis pada daun muda danmenghambat pertumbuhan tanaman (Tjitrosomo, 1985 dalam Anonim ,2011). Unsur S (sulfur)   digunakan sebagai penyusun asam amino, vitamin dan koenzim A yang berperandalam respirasi. Sedang Kekurangan unsur nitrogen (N) menyebabkan tajuk daunberwarna hijau terang, daun tua menguning, kering dan berwarna coklat muda.Tanaman yang kekurangan N daunnya akan layu dan tampak kuning.
          Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman karena merupakanpenyusun dari semua protein dan asam nukleat (Lakitan 1993) dalam Anonim 2011. Unsur Besi (Fe) sangat penting dalam sintesis klorofil, karena merupakanunsur penting bagi tanaman. Salah satu senyawa yang mengandung Fe adalahsitokinin, senyawa ini memiliki peran penting dalam transfer hidrogen daripenerima ke molekul oksigen (Lakitan, 1993 dalam Anonim 2011). Kekurangan unsur Femenyebabkan klorosis pada daun, lembaran daun menjadi kuning tetapi tulangtaun tetap hijau. Kekurangan unsur Magnesium (Mg) akan mengakibatkan daunberwarna kekuningan atau klorosis. Hal ini terjadi karena Mg menyebabkan tanaman tidak mampu berfotosintesis dengan baik. Fungsi Mg adalah sebagaipenyusun klorofil dan dapat bergabung dengan ATP dalam berbagai reaksi. Mgjuga merupakan aktivator dari berbagai enzim dalam reaksi fotosintesis, respirasidan pembentuk DNA dan RNA (Tjitrosomo, 1985 dalam Anonim 2011). Peranan Phospor (P) dalam tanaman penting untuk pembentukan phosphoipid dan nukleoprotein. Kekurangan phospor mengakibatkan pertumbuhan terhambat, daun berwarna hijau tua, akumulasi hidrat arang danikatan hidrogen. Kekurangan P pada tanaman adalah pada lembaran daun tampak bagian yang mati dan akhirnya rontok serta tanaman menjadi kerdil dan akar yangsedikit (Parawinata, 1989 dalam Anonim 2011). Unsur mikro diperlukan dalam jumlah sedikit, namun ketiadaan unsur mikro dapat menyebabkan tanaman menjadi layu dan akhirnya mati. Jadi unsur mikro merupakan kebutuhan dari tanaman untuk melangsungkanhidupnya dalam konsentrasi tertentu dan relatif sedikit (Poerwowidodo, 1992 dalam Anonim 2011). Bonner dan Vanner (1965) dalam Anonim 2011 menjelaskan peranan unsur hara mikro yakni Mangan (Mn) terlibat luas dalam proses katalitik tumbuhan, yaitu sebagai aktivator beberapa enzim respirasi dalam reaksi metabolisme nitrogen dan fotosintesis. Mangan diperlukan untuk mengaktifkan nitrat reduktase, sehinggatumbuhan yang mengalami kekurangan Mn memerlukan sumber N dalam bentuk NH4.
            Unsur hara mikro yang meliputi Boron (Bo) pada metabolisme tanaman belum jelas meskipun dari hasil percobaan menunjukkan bahwa boron penting untuk pertumbuhan. Padatumbuhan yang kekurangan boron, translokasi dan penyerapan gula banyak berkurang. Sehingga diduga gula diangkut dalam bentuk kompleks borat.
            Tembaga (Cu) berperan katalitik khusus pada tumbuhan, merupakan bagian darienzim-enzim penting seperti politenol oksidase dan asam askorbat oksidase. Defisiensi Cu menyababkan nekrosis pada ujung daun, daun layu dan berwarnagelap. Seng (Zn) terlibat dalam sintesis hormon IAA dan jika kekurangan dapat menyebabkan perubahan bentuk yang lebih pendek dan kerdil.
            Molibdenum (Mo)  berperan dalam reduksi nitrat dan fiksasi nitrogen. Bila kekurangan Mo, daunmenjadi layu pada daerah tepi. Klor (Cl) berperan dalam fotolisis air. Defisiensi klor meyebabkan tanaman layu dan akar pendek, pembentukan buah berkurang. Ion Cl mutlak diperlukan dalam fotosintesis.
























BAB V
SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan :
1.      Unsur hara sangat berperan penting dalam pertumbuhan tanaman.
2.      Tanaman yang diberi unsur hara komplit pertumbuhannya lebih baik dari pada tanaman yang kekurangan salah satu unsur hara tertentu.
3.      Gejala defisiensi unsur hara tertentu antara lain pertumbuhan akar yang terhambat, klorosis dan nekrosis pada daun.

DAFTAR PUSTAKA


Anonim, 2010. Pokok Serunai Laut. (Online), (http://laman-seri.blogspot.com/2010/02/pokok-serunai-laut.html, diakses tanggal 5 Mei 2011).

Anonim, 2011. Unsur Hara. (Online), (http://www.scribd.com/doc/51995195/unsur-hara2, diakses tanggal 4 Mei 2011).

Rahayu, Yuni Sri, Yuliani, Lukas S. Budipramana. 2011. Panduan Praktikum Ilmu Hara. Jurusan Biologi: UNESA.

Salim, Hidayat, Siti Mariam. 2011. Media dan nutria Tanaman. (Online), www.scribd.com/.../Media-Dan-Nutrisi-Tanaman-Ktnt-III-Yg-Sudah-Diperbaiki -), diakses tanggal 4 Mei 2011).