BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara maritim mempunyai prospek yang
cukup cerah dalam memproduksi rumput laut dan turunannya. Hal ini terbukti
beberapa daerah telah menghasilkan berbagai jenis rumput laut yang mampu
memasok bahan baku produk primernya. Di beberapa negara timur dan kepulauan
pasifik, rumput laut digunakan sebagai sumber makanan, sejumlah besar penduduk
daerah maritim secara langsung ataupun tidak langsung mengkonsumsi atau
berhubungan dengan berbagai bentuk produk alga laut, dimana rumput laut ini
berguna bagi makanan manusia ataupun untuk hewan, juga obat-obatan, agar
kultur, dan sebagai sumber bahan baku berbagai industri. Indonesia merupakan
negara yang mempunyai potensi terumbu karang terbesar di dunia. Luas terumbu karang
di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 60.000 km2. Hal tersebut membuat
Indonesia menjadi negara pengekspor terumbu karang pertama di dunia. Dewasa
ini, kerusakan terumbu karang, terutama di Indonesia meningkat secara pesat.
Terumbu karang yang masih berkondisi baik hanya sekitar 6,2%.. Kerusakan ini
menyebabkan meluasnya tekanan pada ekosistem terumbu karang alami. Meskipun
faktanya kuantitas perdagangan terumbu karang telah dibatasi oleh Convention on
International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), laju
eksploitasi terumbu karang masih tinggi karena buruknya sistem penanganannya.
Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem perairan tropis yang memiliki
produktivitas yang sangat tinggi. Komponen yang sangat penting dalam menyusun
ekosistem ini adalah karang batu. Biota-biota lain seperti ikan, moluska, echinodermata
dan rumput laut memanfaatkan lingkungan terumbu karang sebagai tempat hidup,
membesarkan diri, melahirkan keturunan serta mencari makan.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.
Bagaimana keanekaragaman terumbu karang yang
terdapat di pantai Kondang Merak Malang Selatan?
2.
Apa sajakah jenis terumbu karang yang
mendominasi di pantai Kondang Merak Malang Selatan?
C. Tujuan Praktikum
Tujuan dari penelitian ini,
sebagai berikut:
1. Mengetahui
keanekaragaman terumbu karang yang terdapat di pantai Kondang Merak Malang
Selatan.
2. Mengetahui
jenis terumbu karang yang mendominasi di pantai Kondang Merak Malang Selatan.
D. Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1.
Pengetahuan tentang dunia laut.
2.
Memanfaatkan pembudidayaan botani di laut.
3.
Informasi bagi para produsen tentang dunia laut.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Biologi
Karang
Menurut Nybakken (1988), koloni karang merupakan
kumpulan dari berjuta-juta polip penghasil bahan kapur (CaCO3) yang memiliki
kerangka luar yang disebut koralit. Pada koralit terdapat septum-septum yang
berbentuk sekat-sekat yang dijadikan acuan dalam penentuan jenis karang. Polip
karang mempunyai mulut yang terletak di bagian atas dan juga berfungsi sebagai
dubur, tentakel-tentakel yang digunakan untuk menangkap mangsanya serta untuk
membersihkan tubuh. Tubuh polip karang terdiri dari dua lapisan yaitu epidermis
dan endodermis, yang dipisahkan oleh lapisan mesoglea. Dalam lapisan
endodermis, hidup simbion alga bersel satu yang disebut zooxanthella, yang
dapat menghasilkan zat organik melalui proses fotosintesis yang kemudian
sebagian ditranslokasikan ke jaringan karang. Makanan yang masuk dicerna oleh
filamen khusus (mesenteri) dan sisa makanan dikeluarkan melalui mulut. Karang
hidup berasosiasi dengan biota lainnya. Dalam kehidupan berasosiasi ini karang
berperan sebagai produsen sekaligus sebagai konsumen. Hal tersebut disebabkan
karena karang bersimbiosis dengan zooxanthellae yang menghasilkan bahan
organik, disamping itu karang juga memakan plankton untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Proses perkembangbiakan karang secara vegetatif
dilakukan dengan cara membentuk tunas baru. Pertunasan dibedakan menjadi
pertunasan intratentakuler yaitu pembentukan individu baru dalam individu lama
serta pertunasan ekstratentakuler yaitu pembentukan individu baru di luar
individu lama.
B.
Klasifikasi dan Bentuk Karang
Klasifikasi karang yang merupakan hewan tanpa
bertulang belakang (avertebrata) yaitu sebagai berikut (Veron, 1986) :
Filum :
Coelenterata (Cnidaria)
Kelas :
Anthozoa
Ordo :
Scleractinia (Madreporaria)
Keluarga :
1. Acroporidae
Genus : Acropora, Astreopora,
Anacropora, Montiopora.
2. Agariciidae
Genus : Coeloseris,
Gardineroseris, Leptoseris, Pachyseris, Pavona.
3. Astrocoeniidae
Genus : Stylocoeniella
4. Pocilloporidae
Genus : Pocillopora,
Palauastrea, Stylophora, Seriatopora, Madracis.
5. Poritidae
Genus : Alveopora,
Goniopora, Porites, Stylastrea.
6. Siderastreidae
Genus : Coscinaraea,
Psammocora, Pseudosiderastrea, Siderastrea.
7. Fungiidae
Genus : Ctenactis,
Cycloseris, Fungia, Halomitra, Heliofungia, Herpolitha, Lithophyllon,
Podabacea, Polyphylla, Sandalolitha, Zoopilus.
8. Oculinidae
Genus : Archelia,
Galaxea.
9. Pectinidae
Genus : Echinophyllia,
Mycedium, Oxypora, Pectinia.
10. Mussidae
Genus : Acanthastrea,
Australomussa, Blastomussa, Cynarina, Lobophyllia, Scolymia, Symphyllia.
11. Merulinidae
Genus : Boninastrea,
Clavarina, Hydnophora, Merulina, Paraclavarina, Scapophyllia.
12. Faviidae
Genus : Favites, Favia,
Barabattoia, Caulastrea, Cyphastrea, Goniastrea, Diploastrea, Leptoria,
Leptastrea, Montastrea, Moseleya, Oulastrea, Oulophyllia, Platygyra,
Plesiastrea.
13. Dendrophylliidae
Genus : Dendrophyllia,
Tubastrea, Turbinaria, Heterosammia.
14. Caryophylliidae
Genus : Catalophyllia,
Euphyllia, Physogyra, Plerogyra, Neomenzophyllia.
15. Trachypylliidae
Genus : Trachyphyllia,
Welsophyllia.
Berdasarkan pertumbuhan karang (life form),
maka variasi bentuk karang
dibedakan
menjadi 6 tipe (lihat tabel 1.), yaitu :
1.
Tipe bercabang (branching);
2.
Tipe padat (massive);
3.
Tipe kerak (encrusting);
4.
Tipe meja (tabulate);
5.
Tipe daun (foliose);
6.
Tipe jamur (mushroom).
Tabel
1. Tipe karang berdasarkan morfologi dan contoh gambarnya.
No
|
Tipe Karang
|
Morfologi
|
Contoh Gambar
|
1.
|
Tipe
bercabang
(branching)
|
Memiliki
cabang dengan
ukuran
cabang lebih
panjang
dibandingkan
dengan
ketebalan atau
diameter
yang dimilikinya.
|
|
2.
|
Tipe
padat
(massive)
|
Memiliki
koloni yang keras
dan
umumnya berbentuk
membulat,
permukaannya
halus
dan padat.
Ukurannya
bervariasi
mulai
dari sebesar telur
sampai sebesar ukuran
rumah.
|
|
3.
|
Tipe
kerak
(encrusting)
|
Karang
tumbuh merambat
dan
menutupi permukaan
dasar
terumbu, memiliki
permukaan
kasar dan
keras
serta lubang-lubang
kecil.
|
|
4.
|
Tipe meja
(tabulate)
|
Karang
tumbuh
membentuk
seperti
menyerupai
meja dengan
permukaan
lebar dan
datar
serta ditopang oleh
semacam
tiang penyangga
yang
merupakan bagian
dari
koloninya.
|
|
5.
|
Tipe daun (foliose)
|
Karang
tumbuh
membentuk
lembaranlembaran
yang
menonjol
pada
dasar terumbu,
berukuran
kecil dan
membentuk lipatan-lipatan
Melingkar.
|
|
6.
|
Tipe jamur
(mushroom)
|
Karang
terdiri dari satu
buah
polip yang berbentuk
oval dan
tampak seperti
jamur,
memiliki banyak
septa
seperti punggung
bukit
yang beralur dari
tepi ke pusat.
|
|
C.
Habitat Karang
Habitat terumbu karang umumnya di pulau-pulau yang
memiliki perairan pantai yang jernih, kadar oksigen tinggi, bebas dari sedimen
dan polusi serta bebas limpasan air tawar yang berlebihan. Lebih dari 95%
pulau-pulau Indonesia
dikelilingi
oleh terumbu karang. Penyebaran terumbu karang pada umumnya dapat dijumpai pada
perairan yang dibatasi oleh permukaan yang mempunyai isoterm (200C). Terumbu
karang biasanya berasosiasi dengan pulau-pulau kecil dan sedang. Pulau-pulau
yang lebih besar dan pantai benua kurang menunjang untuk kehidupan karang,
karena tingginya sedimentasi, kekeruhan dan salinitas rendah yang diakibatkan
oleh adanya aliran-aliran sungai ke laut. Pulau-pulau yang jauh dari pantai dan
terpencil menunjang terumbu dengan baik dan meluas. Sebaran terumbu karang di
Indonesia diwakili dengan baik di sepanjang pantai barat Sumatera kepulauan
Indonesia, Kawasan Timur Indonesia dan pantai selatan Jawa.
Faktor-faktor lingkungan yang paling berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup karang antara lain :
1. Suhu
Suhu paling optimal bagi pertumbuhan karang
berkisar antara 26o – 30oC.
2. Cahaya
Intensitas cahaya sangat mempengaruhi kehidupan
karang yaitu pada proses mfotosintesa Zooxanthella yang produknya kemudian
disumbangkan ke polip karang.
3. Kekeruhan air
Kekeruhan akan menyebabkan terhambatnya intensitas
cahaya yang masuk ke
dalam air, sehingga
mengganggu proses fotosintesa zooxanthella.
4. Salinitas
Salinitas mempengaruhi
kehidupan karang, karena adanya tekanan osmosis pada jaringan hidup. Salinitas
optimum bagi kehidupan karang berkisar antara
30-35 ‰.
5. Substrat
Planula karang membutuhkan
substrat yang keras dan bersih dari lumpur. Substrat ini berperan sebagai
tempat melekatnya planula karang yang kemudian tumbuh menjadi karang dan
membentuk komunitas yang kokoh.
6. Pergerakan massa air
Pergerakan massa air
antara lain berupa arus dan atau gelombang penting untuk transportasi zat hara,
larva, bahan sedimen dan oksigen. Selain itu arus dan atau gelombang dapat
membersihkan polip karang dan kotoran yang menempel. Itulah sebabnya karang
yang hidup di daerah berombak dan atau berarus kuat lebih berkembang dibanding
daerah yang tenang dan terlindung.
D. Kondang Merak
Di Kondang
merak terdapat beberapa spesies Acropora sp., Montipora sp. dan Favia
sp. serta masih banyak spesies yang lain. Jenis karang yang paling banyak
dijumpai yaitu Montipora sp.
1. Genus Montipora
a.
Klasifikasi
Kingdom: Animalia, Phylum: Cnidaria, Class: Anthozoa ,
Order: Scleractinia, Family: Acroporidae,
Genus: Montipora
Blainville, 1815
Blainville, 1815
b. Deskripsi
Bentuk koloni
bervariasi, ada yang submasif, laminar, menempel ataupun bercabang. Ukuran
koralit umumnya kecil. Septa umumnya memiliki dua lingkaran dengan bagian ujung
muncul keluar. Apabila disentuh maka akan terasa tajam. Tidak memiliki
columella. Dinding koralit dan coenosteum keropos. Coenosteum memiliki beberapa
tipe: Papillae bila coenosteum lebih kecil dibandingkan dengan ukuran koralit,
dan tuberculae jika sebaliknya. Apabila berkelompok mengelilingi koralit disebut
thecal papillae dan juga ada thecal tuberculae. Tentakel umumnya keluar pada
malam hari. Karang yang struktur rangka kapurnya mirip dengan genus Montipora merupakan genus Porites, dan
kadangkala sulit untuk membedakannya. Namun pada pengamatan bawah air, struktur
internal pada koralit karang genus Porites lebih jelas terlihat dibandingkan
dengan karang genus Montipora, dan sebagian besar Montipora memiliki coenosteum yang lebar, sementara Porites tidak
memiliki coenosteum. Mungkin
koloni seperti piring, bercabang, encrusting untuk agak batu berbentuk.
Kadang-kadang, spesies yang sama mungkin memiliki bentuk pertumbuhan yang
berbeda, bahkan satu koloni mungkin memiliki bentuk yang berbeda. Koral yang kecil. Ketika diperluas, polip kecil
dari beberapa spesies. Jadi,
mereka kadang-kadang disebut karang beludru. Tetapi pada spesies lain, polip
sangat kecil bahwa koloni tampak halus dan berbatu. Polip biasanya hanya
diperpanjang pada malam hari. Dalam bentuk bercabang, biasanya tips yang putih
dan halus, polip kurang.
Peran dalam habitat yaitu, Montipora merupakan salah satu
blok bangunan penting dari karang. Bersama dengan anggota lain dari keluarga
Acroporidae, Montipora merupakan
spesies pembentuk karang. Dengan percabangan bentuk memberikan perlindungan bagi
semua jenis hewan termasuk kuda laut, kerang kecil dan semua jenis kepiting.
Manfaatnya meliputi, Montipora karang diambil dari alam liar untuk perdagangan
akuarium hidup dan koloni liar sering diambil dari terumbu karang alami untuk
memasok permintaan ini. Ada upaya untuk membudidayakan beberapa keras,
cepat-tumbuh spesies Montipora untuk perdagangan akuarium hidup sehingga
mengurangi tekanan koleksi dari
alam. Meskipun dibesarkan captive karang sehat dan lebih mudah untuk merawat
spesimen yang dikumpulkan dari alam liar,
Coral beef harganya lebih
mahal.
Status dan
ancaman yaitu tidak ada
karang Montipora kami terdaftar di antara hewan terancam Singapura. Namun, seperti makhluk lain dari zona
intertidal, mereka dipengaruhi oleh kegiatan manusia seperti reklamasi dan
pencemaran. Sering terinjak oleh pengunjung yang ceroboh, dan terlalu
dieksploitasi keberadaannya.
Gambar 2.1 Montipora
folisa (kiri) dan Montipora
aequitubercullata (kanan)
(Sumber: Anonim, 20011a )
2.
Genus Acropora
a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia, Phylum : Coelenterata, Class : Anthozoa, Order :
Madreporaria, Famili : Madreporaridae, Genus : Acropora
b. Deskripsi
Genus Acropora
memiliki jumlah jenis (spesies) terbanyak dibandingkan genus lainnya pada
karang. Karang jenis ini biasanya tumbuh pada perairan jernih dan lokasi dimana
terjadi pecahan ombak. Bentuk koloni umumnya bercabang dan tergolong jenis
karang yang cepat tumbuh, namun sangat rentan terhadap sedimentasi dan
aktivitas penangkapan ikan. Koloni
biasanya bercabang, jarang sekali menempel ataupun submasif. Koralit dua tipe,
axial dan radial. Septa umumnya mempunyai dua lingkaran. Columella tidak ada.
Dinding koralit dan coenosteum rapuh. Tentakel umumnya keluar pada malam hari. Membentuk
koloni halus yang menyerupai miniatur hutan bawah air. Mereka selalu
menyenangkan untuk bertemu. Mereka kadang-kadang terlihat di banyak pantai kami
di wilayah selatan, koloni yang lebih besar lebih sering terlihat di terumbu
Selatan terganggu dan terpencil. Genus Acropora memiliki jumlah terbesar
spesies karang keras semua. Koloni dilihat biasanya 15-20cm, tapi pantai di
dapat terganggu 50cm atau lebih. Ukuran polip terkecil 0.2-05cm. Banyak tumbuh
menjadi percabangan bentuk yang mengarah ke nama umum mereka bercabang karang.
Untuk beberapa, seluruh koloni sering memiliki rata atas sehingga mereka
kadang-kadang juga disebut meja atau karang meja.
Karang
Acropora memiliki corallite khas, biasanya di ujung cabang, yang lebih
besar daripada corallites lainnya. Corallit baru (disebut corallites sekunder atau radial) muncul dari sisi
corallite aksial terus tumbuh ke atas pada ujung cabang. Para corallite aksial
tidak memiliki zooxanthellae, tetapi tumbuh dengan cepat seperti yang diberi
makan oleh daerah lain dari koloni. Berwarna putih atau berwarna cerah. Sebagai
kelompok, karang Acropora beradaptasi
dan ditemukan di berbagai habitat dari perairan keruh untuk gelombang-ditumbuk
daerah dan beberapa dapat bertahan eksposur rutin pada saat air surut. Acropora melindungi diri dengan mantel
lendir tebal yang dapat menyerap UV. Ketika tumbuh akan muncul beranekaragam warna dari luar tubuh karang.
Beberapa karang Acropora yang agak
rumit dan akan pecah jika mereka mengetuk melawan. Jadi jangan menyentuh
mereka, pada kenyataannya, kita tidak boleh menyentuh karang keras hidup. Peran dalam habitat yaitu, karang Acropora merupakan salah satu blok bangunan penting dari karang.
Bersama dengan spesies Montipora, juga anggota keluarga Acroporidae,
jumlah karang Acropora yaitu
satu-sepertiga dari spesies pembentuk karang. Karang Acropora termasuk beberapa karang keras yang tumbuh paling cepat.
Bentuknya bercabang menyediakan perlindungan bagi berbagai hewan, seperti ikan
kecil serta kerang kecil. Manfaatnya yaitu, Acropora yang populer dalam perdagangan
akuarium hidup dan koloni liar sering diambil dari terumbu karang alami. Upaya
untuk berkembang biak dan membesarkan karang Acropora telah berhasil dan diharapkan pasokan ini akan mengurangi
koleksi dari alam. Meskipun dibesarkan penangkaran karang Acropora lebih sehat dan lebih mudah untuk merawat spesimen yang
dikumpulkan dari alam liar, karang dibesarkan captive lebih mahal. Status dan ancaman yaitu, The IUCN
daftar global untuk spesies yang lebih sering terlihat direkam untuk Singapura
adalah: Acropora aculeus sebagai Rentan dan Acropora digitifera
sebagai Hampir Terancam.
Genus Acropora
termasuk karang hermatipik bersimbiosis mutualisme dengan zooxanthellae, yaitu
sejenis algae uniseluler (Dinoflagellata unisuler). Dalam simbiosis,
zooxanthellae menghasilkan oksigen dan senyawa organik melalui fotosintesis
yang akan dimanfaatkan oleh karang, sedangkan karang menghasilkan komponen
inorganik berupa nitrat, fosfat dan karbon dioksida untuk keperluan hidup
zooxanthellae. Hasil samping dari aktivitas ini adalah endapan kalsium karbonat
yang struktur dan bentuk bangunannya khas. Ciri ini akhirnya digunakan untuk
menentukan jenis atau spesies binatang karang
Karang hermatipik mempunyai sifat yang unik yaitu
perpaduan antara sifat hewan dan tumbuhan sehingga arah pertumbuhannya selalu
bersifat Fototropik positif. Umumnya jenis karang ini hidup di perairan pantai
/laut yang cukup dangkal dimana penetrasi cahaya matahari masih sampai ke dasar
perairan tersebut. Disamping itu untuk hidup binatang karang membutuhkan suhu
air yang hangat berkisar antara 25-32 °C.
Endapan
masif batu kapur (limestone),
terutama kalsium karbonat (CaCO3), yang utamanya dihasilkan oleh hewan karang
dan biota-biota lain, seperti alga berkapur, yang mensekresi kapur, seperti
alga berkapur dan Mollusca. Konstruksi batu kapur biogenis yang menjadi
struktur dasar suatu ekosistem pesisir.
Gambar 2.2 Acropora
(Sumber: Anonim, 20011b )
3. Genus Favia
a.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia, Phylum :
Coelenterata, Classis : Anthozoa,
Subclassis : Hexacorallia, Order: Madreporaria,
Famili : Faviidae, Genus : Favia
b.
Deskripsi
Bentuk koloni
umumnya masif, flat atau dome-shaped.
Koralit sebagian besar monocentric
(satu columella dalam satu corallite) dan plocoid. Memperbanyak koralit melalui pembelahan
intratentacular. Tentakel umumnya keluar hanya pada malam hari. Struktur rangka kapur genus Favia mirip
dengan genus Favites tapi dapat
dibedakan dengan perbedaan tipe koralit karang. Tipe koralit Favites.
Gambar 2.3 Favia
(Sumber: Anonim, 20011c)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Jenis Praktikum
Praktikum ini merupakan praktikum observasi. Karena dalam praktikum ini
tidak terdapat variabel manipulasi, kontrol dan respon.
B. Waktu dan Tempat
1.
Tempat
Praktikum observasi terumbu karang
dilakukan di Pantai Kondang
Merak Malang Selatan.
2.
Waktu
Praktikum observasi terumbu karang dilakukan
pada tanggal 15 Oktober 2011, pada pukul 11.00 WIB.
C. Sasaran Praktikum
Sasaran praktikum ini adalah populasi terumbu karang Patai Kondang Merak
Malang Selatan.
D. Prosedur Kerja
1. Alat dan Bahan
a.
Alat :
1)
Kantong plastik
2)
Karet gelang
3)
Plot kuadrat
4)
Kotak pencuplik
5)
Kertas Label
6)
Buku identifikasi terumbu karang
7)
Meteran
b.
Bahan :
1)
Formalin 4%
2)
Aquades
2. Langkah-langkah Praktikum
a.
Mengambil sampel terumbu karang.
b.
Pengawetan sampel dengan cara memasukkan sampel ke
kantung plastik, diberi formalin 10% dan diberi label (stasiun, plot, tgl).
c.
Mengidentifikasi menggunakan buku identifikasi terumbu
karang.
d.
Menghitung indeks keanekaragaman, keseragaman dan
dominansi terumbu karang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan
kegiatan praktikum yang kami lakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data Terumbu
Karang di Pantai Kondang Merak-Malang Selatan
No.
|
Jenis Terumbu Karang
|
Jumlah
(individu)
|
Persentase penutupan (%)
|
Indeks keanekaragaman
|
Indeks dominansi
|
1.
|
Porites sp.
|
11
|
6,43
|
0,18
|
0,038
|
2.
|
Seriatopora sp.
|
2
|
1,17
|
0,05
|
0,007
|
3.
|
Sponge sp.
|
2
|
1,17
|
0,05
|
0,007
|
4.
|
Favia sp.
|
18
|
10,53
|
0,24
|
0,062
|
5.
|
Agaricia sp.
|
5
|
2,92
|
0,10
|
0,017
|
6.
|
Acropora sp.
|
64
|
37,43
|
0,37
|
0,219
|
7.
|
Otak laut
|
1
|
0,58
|
0,03
|
0,003
|
8.
|
Euphyllia sp.
|
3
|
1,75
|
0,07
|
0,010
|
9.
|
Montipora sp.
|
47
|
27,49
|
0,35
|
0,161
|
10.
|
Psammocora sp.
|
2
|
1,17
|
0,05
|
0,007
|
11.
|
Millepora sp.
|
1
|
0,58
|
0,03
|
0,003
|
12.
|
Briareum sp.
|
1
|
0,58
|
0,03
|
0,003
|
13.
|
Tubipora sp.
|
1
|
0,58
|
0,03
|
0,003
|
14.
|
Diploria sp.
|
7
|
4,09
|
0,13
|
0,024
|
15.
|
Anacropora sp.
|
3
|
1,75
|
0,07
|
0,010
|
16.
|
Galaxea sp.
|
3
|
1,75
|
0,07
|
0,010
|
|
Jumlah
|
171
|
100
|
1,86
|
0,585
|
B. Analisis
Dari data yang kami peroleh dapat
diketahui bahwa di Pantai Kondang Merak Malang Selatan terdapat 16 jenis terumbu karang, dengan
total jumlah sebesar 171 individu. Jenis terumbu karang yang mempunyai jumlah
paling besar ialah Acropora sp. dengan
jumlah 64 individu sedangkan jenis
terumbu karang yang sedikit yaitu otak laut, Millepora sp., Briareum
sp., dan Tubipora sp. yang masing-masing
berjumlah 1 individu.
Berdasarkan nilai persentase penutupan, Acropora sp. mempunyai nilai persentase
penutupan yang paling tinggi yaitu sebesar
37,43% sedangkan yang mempunyai nilai persentase
penutupan yang rendah yaitu otak laut, Millepora
sp., Briareum sp., dan Tubipora sp. sebesar 0,58%.
Berdasarkan indeks keanekaragaman, Acropora sp. mempunyai nilai indeks
keanekaragaman yang paling tinggi yaitu sebesar 0,37 sedangkan yang mempunyai nilai indeks
keanekaragaman yang rendah yaitu otak laut, Millepora
sp., Briareum sp., dan Tubipora sp. sebesar 0,03.
Berdasarkan indeks dominansi, Acropora sp. mempunyai nilai indeks
dominansi yang paling tinggi yaitu sebesar
0,219 sedangkan yang mempunyai nilai indeks dominansi
yang rendah yaitu otak laut, Millepora
sp., Briareum sp., dan Tubipora sp. sebesar 0,003.
C. Pembahasan
Berdasarkan
analisis diatas dapat dibahas bahwa di daerah pantai Kondang Merak, Malang
Selatan banyak terdapat terumbu karang dari genus Montipora, Acropora, dan Favia. Jenis terumbu karang yang
mempunyai jumlah paling besar ialah Acropora
sp. dengan jumlah 64 individu sedangkan
jenis terumbu karang yang sedikit yaitu otak laut, Millepora sp., Briareum
sp., dan Tubipora sp. yang
masing-masing berjumlah 1 individu. Acropora
sp. mempunyai nilai persentase penutupan yang paling tinggi yaitu sebesar 37,43%
sedangkan yang mempunyai
nilai persentase penutupan yang rendah yaitu otak laut, Millepora sp., Briareum
sp., dan Tubipora sp. sebesar 0,58%, Acropora
sp. mempunyai nilai indeks keanekaragaman yang paling tinggi yaitu sebesar 0,37
sedangkan yang mempunyai
nilai indeks keanekaragaman yang rendah yaitu otak laut, Millepora sp., Briareum
sp., dan Tubipora sp. sebesar 0,03, dan Acropora
sp. mempunyai nilai indeks dominansi yang paling tinggi yaitu sebesar 0,219
sedangkan yang mempunyai
nilai indeks dominansi yang rendah yaitu otak laut, Millepora sp., Briareum
sp., dan Tubipora sp. sebesar 0,003.
Genus
Acropora paling mendominasi karena
termasuk jenis karang yang hermatipik. Karang hermatipik bersimbiosis
mutualisme dengan zooxanthellae, yaitu sejenis algae uniseluler (Dinoflagellata
unisuler). Dalam simbiosis, zooxanthellae menghasilkan oksigen dan senyawa
organik melalui fotosintesis yang akan dimanfaatkan oleh karang, sedangkan
karang menghasilkan komponen inorganik berupa nitrat, fosfat dan karbon
dioksida untuk keperluan hidup zooxanthellae. Hasil samping dari aktivitas ini
adalah endapan kalsium karbonat yang struktur dan bentuk bangunannya khas. Ciri
ini akhirnya digunakan untuk menentukan jenis atau spesies binatang karang
Karang
hermatipik mempunyai sifat yang unik yaitu perpaduan antara sifat hewan dan
tumbuhan sehingga arah pertumbuhannya selalu bersifat Fototropik positif.
Umumnya jenis karang ini hidup di perairan pantai /laut yang cukup dangkal
dimana penetrasi cahaya matahari masih sampai ke dasar perairan tersebut.
Disamping itu untuk hidup binatang karang membutuhkan suhu air yang hangat
berkisar antara 25-32 °C.
Endapan
masif batu kapur (limestone),
terutama kalsium karbonat (CaCO3), yang utamanya dihasilkan oleh
hewan karang dan biota-biota lain, seperti alga berkapur, yang mensekresi
kapur, seperti alga berkapur dan Mollusca. Konstruksi batu kapur biogenis yang
menjadi struktur dasar suatu ekosistem pesisir.
BAB V
SIMPULAN
DAN SARAN
A. Simpulan
- Keanekaragaman terumbu karang di Pantai Kondang Merak Malang tergolong tinggi, ini disebabkan oleh tempat atau lokasi pantai Kondang Merak yang memiliki laut yang masih jernih
- Acropora sp. mempunyai nilai indeks dominansi yang paling tinggi yaitu sebesar 0,219 hal ini dikarenakan termasuk karang hermatipik.
B. Saran
Berdasarkan
praktikum yang telah kami lakukan, kami dapat memberi saran untuk praktikum
selanjutnya yaitu pada saat dilakukan
identifikasi terumbu karang dilakukan lebih teliti agar tidak terjadi kesalahan
dalam identifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Nyabakken,
James W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan
Ekologi. Jakarta: PT. Gramedia.
LAMPIRAN
Favia
Acropora
Montipora